"Festival Tabot” sebagai Aset Wisata Budaya Warisan Leluhur
Festival Tabot telah berlangsung selama bertahun-tahun di Bengkulu, dan sejak masa silam menjadi tradisi bagi masyarakat di sana, serta “keharusan” yang tak boleh ditinggalkan untuk dilaksanakan para keturunan Tabot setiap 1-10 Muharram tahun Hijriah.
Festival Tabot semula adalah tradisi ritual di Bengkulu, namun kini telah berkembang menjadi suatu kebutuhan masyarakat luas, atau sebagai cultural manners seperti berbagai tradisi yang telah lama berlangsung di seluruh penjuru Nusantara.
Dalam kenyataan, tradisi perayaan Tabot sudah menjadi “seni pertunjukan” tersendiri dan unik, sehingga menjadi aset kebudayaan yang tak ternilai bagi masyarakat Bengkulu. Oleh karena itu, pelestarian dan pengembangan unsur seni budaya yang terkandung dalam perayaan Tabot perlu dilakukan secara terpadu dan sungguh-sungguh, agar aset wisata budaya warisan leluhur ini dapat memberikan penampilan fisik dan nonfisik yang memiliki nilai jual tinggi bagi kerangka pembangunan kepariwisataan di Provinsi Bengkulu.
Maksud dan tujuan penyelenggaraan Festival Tabot antara lain adalah untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yakni Husein bin Abi Thalib yang terbunuh di Padang Karbela, Irak oleh Yazid bin Muawiyyah. Namun, sekaligus untuk melestarikan budaya masyarakat Bengkulu, sebagai bentuk penghormatan terhadap ketokohan Husein bin Abi Thalib. Festival Tabot di Bengkulu juga sebagai kegiatan menyambut dan memeriahkan Tahun Baru Islam. Juga ada upaya menjadikan acara Budaya Tabot sebagai objek wisata budaya daerah untuk dikunjungi dan dilihat oleh seluruh masyarakat dan menjadi kebanggaan Bengkulu.
“Hampir sekian tahun Bengkulu belum dikenal, untuk itu ada target pada akhir tahun 2007 kami akan launching pariwisata unggulan di Bengkulu,” ujar Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamuddin.
Dia menyebut beberapa pariwisata unggulan Bengkulu selaku bekas jajahan Inggris yang terlama, dengan benteng terbesar (di luar Inggris), Marlborough yang menyimpan banyak catatan sejarah. “Di situ ada terowongan panjang dan terminal besar yang menyambung ke istana Gubernur Raffles,” cerita Agusrin.
Menbudpar Jero Wacik yakin Provinsi Bengkulu akan menjadi daerah tujuan wisata utama dengan daya tarik panorama alam seperti Pantai Panjang, Pantai Jakat, Danau Dendam dan Taman Laut Pulau Tikus, perkebunan teh hijau, tambang emas pertama di Indonesia, hutan wisata berburu, peninggalan sejarah Benteng Marlborough, serta keberadaan rumah kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati.
Menjadikan Bengkulu sebagai Daerah Tujuan Wisata, sambung Jero Wacik, bisa terwujud dengan kerja keras, apalagi ada ajakan positif dari Gubernur Bengkulu yang bersedia jadi “salesman” untuk memasarkan kekuatan wisata di daerahnya. [Sinar Harapan]
----------------------------
BENGKULU, HARD NOT TO LOVE IT
Biarkan Foto Berbicara