TRANSFER TEKNOLOGI OTOMOTIF
RI Usulkan Dana MIDEC dari Jepang Rp 1 Triliun
25/06/2008 14:25:05 WIB
JAKARTA, Investor Daily
Pemerintah Indonesia mengusulkan bantuan peningkatan kemampuan industri (manufacturing industrial development center/MIDEC) khusus sektor otomotif dalam kerangka kemitraan ekonomi RI-Jepang senilai Rp 1 triliun lebih.
Bantuan itu berupa dana tunai ataupun pelatihan ahli serta peningkatan desain mesin guna merealisasikan transfer teknologi otomotif dari Jepang.
Direktur Industri Transportasi Darat dan Kedirgantaraan Departemen Perindustrian (Depperin) Syarif Hidayat menjelaskan, usulan itu akan disampaikan dalam kelompok kerja (working group) sebagai tindak lanjut kemitraan ekonomi RI-Jepang (economy partenership agreement/EPA).
Rencananya, sebagai kompensasi EPA yang pada dasarnya menekankan penurunan bea masuk (BM) seluruh produk di kedua negara, Jepang berkomitmen membantu peningkatan kemampuan industri Indonesia melalui kerangka MIDEC.
“Usulan dana MIDEC otomotif dalam EPA itu diusulkan secara bertahap dalam lima tahun pertama sejak bergulirnya kesepakatan kemitraan ekonomi tersebut,” paparnya usai pembukaan pameran Industri Alat Transportasi dan Pendukungnya di Jakarta, Selasa (24/6).
Menurut dia, EPA Indonesia-Jepang yang rencananya berlaku mulai Juli 2008 akan dilanjutkan penyusunan kelompok kerja untuk masing-masing sektor. “Nah, setelah EPA berjalan efektif, pemerintah kedua negara akan menyusun program-program MIDEC yang mencakup 12 sektor industri, antara lain otomotif, elektronik, tekstil, dan baja,” tuturnya.
Khusus untuk MIDEC otomotif, lanjut dia, program-program yang akan disusun mencakup pelatihan tenaga ahli dari Jepang ke Indonesia. Setelah itu, disusul pengiriman ahli otomotif Indonesia belajar ke Jepang. “Selain itu, Indonesia minta Jepang memperkuat struktur industri otomotif nasional, misalnya meningkatkan kemampuan industri komponen nasional,” ucapnya.
Gunadi Sindhuwinata, ketua subworking group otomotif dalam EPA, menerangkan, kelemahan mendasar industri otomotif nasional antara lain sektor hulu yang masih belum berkembang optimal. Kemampuan desain mesin dan cetakan (mould and dies), penguasaan teknologi mesin, serta riset permesinan beserta komponen otomotif nasional masih rendah. “Usulan dana itu tak akan berari jika program-program dalam working group dibuat tidak tepat sasaran,” ujar Gunadi yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Guna merealisasikan bantuan MIDEC Jepang khusus di sektor otomotif, menurut dia, Indonesia perlu meningkatkan sumber daya manusia (SDM) agar proses transfer teknologi tidak menemui hambatan. Penyesuaian kemampuan SDM perlu dilakukan mengingat riset dan desain otomotif Jepang menjadi salah satu yang terbaik di dunia. “Selama ini desain dan riset industri otomotif nasional masih outsourching dari asing, seperti Jepang, Italia, dan Jerman. Ini titik tolak pengembangan industri otomotif nasional,” paparnya.
Jangan Merugikan
Dia menerangkan, jika EPA ditujukan hanya untuk membuka akses pasar melalui skema penurunan tariff BM, Indonesia bakal merugi. Apalagi jika produk Indonesia dipaksa bersaing dengan Jepang yang menjadi salah satu negara terkuat dalam hal industri manufaktur. “Indonesia mestinya tidak hanya menjadi pasar. EPA harus menciptakan nilai tambah untuk negeri ini,” katanya.
Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Depperin Budi Dharmadi menambahkan, industri otomotif nasional berpotensi besar untuk dikembangkan. Selain memiliki pasar yang besar, industri otomotif nasional telah menjadi basis produksi sejumlah prinsipal otomotif asing. “EPA harus dilihat sebagai sarana guna membuat produk otomotif kita makin kompetitif,” ucapnya.
Perkembangan otomotif nasional, lanjut dia, dalam beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan menyusul pertumbuhan ekspor sektor tersebut. Ekspor mobil nasional dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) pada 2007 mencapai 60.267 unit, meningkat hampir 100% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 30.974 unit. Sepanjang Januari-Mei 2008, ekspor CBU Indonesia menembus 40 ribu unit. “Ekspor otomotif nasional dengan pertumbuhan yang pesat telah menjadi salah satu andalan. Tahun lalu total ekspor otomotif nasional mencapai US$ 2,5 miliar,” ucapnya.
Di samping itu, menurut dia, sejumlah produsen otomotif nasional mampu menembus negara-negara maju dengan standar yang lebih tinggi, seperti Jepang. PT Astra Daihatsu Motor mampu menembus pasar Jepang dengan mengekspor Grand Max.(dry)