Wah, bukan cuma "Rasa Sayange" dan "Indang Sungai Garinggiang" yang diklaim, tapi juga "Jali-Jali". Wah, emang busyet bener dah Malaysia....
Malaysia, Atas Nama Melayu Membajak Lagu
Kisruh pembajakan lagu daerah Maluku, Rasa Sayange, oleh Pemerintah
Malaysia belum lagi reda. Kini delegasi kesenian Malaysia "Cinta
Sayang" kembali berulah ketika tampil pada Asia Festival 2007 di
Osaka, Jepang, pertengahan Oktober lalu. Pada saat menari, mereka
menggunakan lagu pengiring Indang Sungai Garinggiang yang berasal dari
Sumatera Barat.
Entah lalai atau memang sengaja, Malaysian Tourism Office di Osaka
yang memimpin delegasi itu sama sekali tak menyebutkan Indang Sungai
Garinggiang berasal dari Indonesia. Kebetulan ada seorang staf
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka yang hadir di
Asia Festival 2007.
Langkah sigap pun terayun dari KJRI Osaka. Surat protes melayang ke
Direktur Malaysian Tourism Office di Osaka, Azhari Haron, pada 19
Oktober. Tembusan surat itu juga dikirim ke penyelenggara festival,
F.M. Cocolo. Menurut Konsul Jenderal RI, Pitono Purnomo, surat ini
berisi peringatan keras agar Malaysia tak sembarangan menggunakan
lagu-lagu Indonesia.
Pada dasarnya, KJRI tak memasalahkan penggunaan lagu-lagu Indonesia
oleh negara lain. Hanya saja, harus disertai iktikad baik dan
kejujuran. Misalnya, menyebut dari mana lagu itu berasal. Setelah
mendapat laporan dari stafnya, KJRI langsung melakukan koordinasi dan
mencari informasi dari berbagai pihak. Hasilnya, KJRI mendapat suplai
data tambahan soal asal mula lagu Indang Sungai Garinggiang.
Lagu itu adalah ciptaan Tiar Ramon (almarhum) pada 1981. Seniman
Sumatera Barat ini mencipta lagu tersebut atas permintaan Pemerintah
Daerah Sumatera Barat untuk mengiringi "Tari Indang". Lagu itu pertama
kali diperkenalkan pada saat upacara pembukaan Musabaqah Tilawatil
Quran Tingkat Nasional di Padang tahun 1983.
Malaysia tak bisa seenaknya mengubah sebagian lirik dan aransemen lagu
itu. Apalagi jika ditujukan untuk menggiring persepsi penonton agar
menganggap lagu itu berasal dari Malaysia. "Kejadian ini nanti bisa
diartikan negatif, misalnya seperti menantang Indonesia," Pitono
menegaskan.
Malaysia seharusnya tahu diri, agar hubungannya dengan Indonesia tidak
semakin memburuk. Hubungan dua negeri serumpun ini sudah memanas
selama beberapa tahun terakhir. Penyebabnya, perlakuan tak manusiawi
pada tenaga kerja Indonesia (TKI), yang kemudian merembet ke warga
negara Indonesia di Malaysia, bahkan menimpa istri diplomat Indonesia
di Kuala Lumpur.
Sentimen nasionalisme Indonesia kembali terusik ketika Menteri
Pariwisata Malaysia, Adnan Tengku Mansor, tanpa malu-malu menyatakan
bahwa lagu Rasa Sayange adalah lagu Melayu yang tergabung dalam
Kepulauan Nusantara (Malay Archipelago). Lagu ini lalu dijadikan lagu
tema situs Kementerian Pariwisata Malaysia sejak awal Oktober lalu.
Padahal, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyatakan bahwa klaim
Malaysia itu tak berdasar. Apalagi, Indonesia punya bukti kuat rekaman
Rasa Sayange dalam piringan hitam yang dikeluarkan Lokananta tahun
1958. Lokananta adalah perusahaan rekaman milik negara Indonesia yang
berlokasi di Solo, Jawa Tengah.
Toh, Malaysia bergeming. Lagu Rasa Sayange tetap menjadi jingle
promosi pariwisata mereka ke seluruh dunia. Tampaknya tren pembajakan
Malaysia belum berhenti. Buktinya, Hanindita, mahasiswi Indonesia yang
tengah kuliah di Johor, Malaysia, ketika naik bus ke kampus, mendengar
lagu
Jali-jali yang dinyanyikan dengan aroma Melayu.
Tak hanya itu. Ternyata teks lagunya juga diubah. Frasa "merdu sekali"
dalam bait "lagunya enak lagunya enak merdu sekali" diubah menjadi
"dari Langkawi" (nama pulau wisata di Malaysia). "Sejak kapan
Jali-jali pindah ke Langkawi," kata Hanindita, yang menuliskan
pengalaman ini dalam blog-nya di http://tortlem.multiply.com.
Info dari Hanindita langsung direspons ratusan orang. Ternyata lagu
Jali-jali versi Malaysia beredar di situs berbagi video YouTube sejak
13 September lalu. Video lagu yang dinyanyikan Kenny Lee ini terkesan
jadul (jaman dulu) dan sangat mellow. Jauh berbeda dari versi
Jali-jali yang dinyanyikan Benyamin S. yang berirama gembira.Awalnya, oleh si pengirim video, lagu Jali-jali ditulis sebagai lagu
daerah Melayu. Namun, setelah mendapat protes dari para pengunjung
laman situs itu (
http://www.youtube.com/watch?v=okHZx-c-wc4), pengirim
video berkebangsaan Malaysia itu menyebutkan, Jali-jali berasal dari
daerah Betawi di Indonesia.
Kasus-kasus seperti ini sangat mungkin terjadi lagi. Pada saat kasus
Rasa Sayange mencuat, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik
berjanji segera mendaftarkan hak atas kekayaan intelektual lagu-lagu
daerah. Semoga Jero Wajik tak sekadar mengumbar janji.
Astari Yanuarti
[Nasional, Gatra Nomor 51 Beredar Kamis, 1 November 2007]