Pembangunan Jalan Lingkar Luar
Jalan Selebar 42 Meter Maros-Gowa Segera Dibangun
Makassar, Tribun - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali meluncurkan rencana pembuatan jalan utama yang disebut Jl Trans-Sulawesi Mamminasata (Trans-Mamminasata).
Jalan yang membentang dari Maros ke Takalar tanpa terputus itu diharapkan mulai dibangun dua atau tiga tahun ke depan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Selatan, Dr Sangkala Ruslan, mengatakan, saat ini rencana itu berada di tahap feasibility study (studi kelayakan). Sedangkan studi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) sudah dilakukan.
"Dengan hasil feasibility study ini, pemerintah akan memiliki pegangan bahwa Jalan Trans-Sulawesi Mamminasata ini merupakan prioritas sehingga pembangunannya bisa segera dilaksanakan," kata Ruslan di kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Rabu (22/8).
Disebut sebagai Jalan Trans-Sulawesi Mamminasata karena jalan ini merupakan bagian dari Jalan Trans-Sulawesi.
Hanya saja lokasinya berada di Mamminasata. Jalan ini membantang sepanjang 58 kilometer dari Maros melalui Makassar dan Gowa ke Takalar.
Jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri utama ini memiliki lebar 42 meter yang terdiri atas dua atau empat jalur dan delapan lajur.
Setiap jalur dibatasi median jalan lengkap dengan trotoar dan drainase. Dengan lebar 42 meter, jalan ini akan menjadi jalan terlebar yang pernah dibangun di Sulsel.
Tidak semua ruas merupakan jalan baru. Ada yang merupakan kelanjutan dari proyek yang telah ada seperti kelanjutan proyek pelebaran Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Ada juga yang hanya melebarkan jalan eksisting seperti ruas Maros-Makassar dan ruas Sungguminasa-Takalar.
Sedangkan yang benar-benar pembuatan jalan baru adalah ruas Lingkar Tengah Makassar dan ruas akses (penghubung) Lingkar Tengah. Ruas Lingkar Tengah dan Akses Lingkar Tengah sebelumnya merupakan rencana proyek jalan Lingkar Tengah Makassar (Makassar Middle Ringroad).
Selain akan membangun Jalan Trans-Sulawesi Mamminasata, pemerintah juga akan membangun empat jalan lainnya yaitu Jalan Bypass Mamminasata, kelanjutan pembangunan Jalan Hertasning Baru-Samata (Gowa), peningkatan Jl Abdullah Dg Sirua, dan Jalan Lingkar Luar.
Jalan Bypass Mamminasata yang sepenuhnya jalan baru itu akan membentang sepanjang 42 kilometer dari Maros melalui Makassar sampai Kecamatan Barombong di Gowa. Sedangkan Jalan Hertasning Baru-Samata saat ini telah selesai sebagian dan tinggal dilanjutkan sampai Samata tahun ini.
Jl Abdullah Dg Sirua akan ditingkatkan kapasitasnya sehingga menjadi jalan arteri. Membentang sepanjang 18 kilometer dari Jl AP Pettarani menuju jalan tembus Maros- Gowa.
Sedangkan Jalan Lingkar Luar akan menjadi jalan alternatif Maros-Gowa. Hanya saja baru tahapan pra-feasibility study.
Tinjauan Amdal
Menunjang rencana pembangunan infrastruktur jalan di Mamminasata itu, Pemprov Sulsel juga telah melakukan kajian amdal. Penilaian terhadap dokumen amdal itu selesai dilakukan bulan Juni lalu.
"Kami teleh melakukan penilaian terhadap amdal, RKL (rencana kelola lingkungan), dan RPL (rencana pemantauan lingkungan). Ada beberapa catatan yang kami sertakan," kata Kepala Badan Pengendalian dan Dampal Lingkungan Daerah (Bapadalda) Sulawesi Selatan, Tan Malaka Guntur.
Catatan-catatan itu antara lain adalah dampak pembangunan jalan terhadap daerah resapan air.
Beberapa bagian pada ruas lingkar tengah berada di daerah resapan air. Namun dampak sosialnya diperkirakan akan lebih rendah mengingat sebagian lahan yang digunakan merupakan lahan kosong.
Pinjaman Jepang
Japan International Bank dikabarkan siap mengucurkan dana hingga jutaan dolar Amerika Serikat (ratusan miliar rupiah) untuk infrastruktur jalan di Mamminasata ini.
Dana itu akan diberikan melalui pemerintah pusat dalam wujud pinjaman lunak (soft loan).
"Sudah ada lampu hijau mengenai feasibility study infrastuktur jalan Mamminasata yang kita laksanakan bersama JICA (Japan International Corporation Agency). Pemerintah pusat intinya menyambut positif site plan Mamminasata ini," kata Ruslan.
Japan International Bank, kata Ruslan, sebenarnya belum memastikan berapa besaran dana yang akan dipinjamkan kepada pemerintah untuk proyek infrastruktur tersebut. Besaran loan itu akan dipastikan berdasarkan penilaian terhadap hasil feasibility study yang akan diajukan.
"Masalahnya sekarang adalah, apakah pemerintah pusat setuju atau tidak dengan soft loan ini. Tentu nanti ada pembicaraan lebih lanjut di Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) soal rencana bantuan ini. Mekipun soft loan tetap harus ada pertimbangan," lanjut Ruslan.
Empat daerah yang masuk dalam lingkup kawasan Mamminasata telah disosialisasikan rencana pembangunan infrastruktur ini sejak lama.
Namun, Ruslan mengakui, beberapa daerah masih menunjukkan minimnya pemahaman mengenai sosialisasi itu.
Misalnya soal pemberian izin membangun bangunan (IMB) bagi bangunan baru di calon lokasi pelebaran jalan.
Masih ada pemerintah kabupaten yang memberikan izin dekat lokasi jalan. Hal ini akan berakibat munculnya masalah pembebasan lahan di kemudian hari.
Namun Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengatakan, pihaknya tidak lagi mengeluakan IMB jika dinilai bangunannya akan masuk badan jalan atau roiland (daerah milik jalan). Ia memastikan ganti rugi yang cukup besar akan dihindari.
"Kami menyadari akibat itu. Sebab nantinya biaya pembebasan lahan akan ditanggung oleh pemerintah kabupaten/kota masing-masing. Jadi sekarang ini tidak ada lagi IMB yang keluar untuk pembangunan yang kira-kira masuk dalam rencana pembebasan lahan. Untuk bangunan yang telah ada mau tidak mau ya harus ada ganti ruginya," katanya di Balaikota Makassar.
Sekitar 60 persen dari seluruh proyek infrastruktur jalan Mamminasata memang berada di Makassar.
Padahal Makassar merupakan daerah terpadat dari daerah lain di Mamminasata. Ganti rugi yang akan dikeluarkan pemerintah Makassar diperkirakan juga akan lebih besar dari daerah lainnya.
Kawasan Kota Baru
HADIRNYA jalan baru ini akan terbentuk new city (kota baru) yang selama ini disebut dengan Mamminasata, singkatan dari Maros, Makassar. Sungguminasa, dan Takalar.
Sejumlah pengembang yang dihubungi Tribun, Kamis (23/8), menyambut baik rencana ini. Beberapa di antara mereka bahkan telah membangun perumahan yang akan dilalui jalan selebar 42 meter dan sepanjang 58 km ini.
"Rencana ini sudah lama kami ketahui. Bahkan teman-teman pengembang sudah banyak yang membangun perumahan di lokasi yang akan dilalui jalan ini," ujar Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sulsel, Idris Manggabarani.
Menurutnya, daerah yang dilalui jalan ini akan menjadi kawasan permukiman yang baru karena menyediakan ribuan hektare lahan yang dulunya tidak dinilai.
Idris memprediksi harga tanah di sekitar Jalan Trans Sulawesi akan mahal.
Namun Ketua Apegti Sulsel ini menyarankan agar pengembang memperhatikan rencana tata ruang yang telah ditetapkan pemerintah.
"Jangan sampai lokasi yang diperuntukkan untuk fasum (fasilitas umum) atau kantor pemerintahan dijadikan lokasi perumahan," tambahnya.
Sejak sekarang, ujarnya, pemerintah harus menyosialisasikan wilayah tersebut agar tidak dicaplok oleh pengembang sehingga konsep tata ruang yang telah ada menjadi amburadul. Akibatnya new city yang dicita-citakan sia-sia.
Saat ini sejumlah perumahan telah berdiri di sekitar Jalan Trans Sulawesi khususnya di sekitar Jl Hertasning hingga di kawasan Samata.
Sarana Transportasi
Secara terpisah, pemerhati masalah tata ruang Kota Makassar, Danny Pomanto, mengatakan, setelah rencana pembangunan Jl Trans Sulawesi matang, pemerintah harus memikirkan tahap selanjutnya yakni transportasi yang menghubungkan empat kota Mamminasata.
Menurutnya, pengadaan transportasi umum yang menghubungkan empat kota tersebut harus dipikirkan karena nantinya penduduk yang bermukim di Maros, Gowa, dan Takalar banyak yang bekerja di Makassar. "Inilah yang disebut dengan konsep metro," ujarnya.
Pemerintah juga harus memikirkan ruang terbuka hijau dan pembangunan infrastruktur lainnya yang mengikuti pola yang telah ada yakni Jalan Trans Sulawesi.
Salah satu infrastruktur tersebut adalah listrik, tambah Danny, salah satu perancang revitalisasi Pantai Losari.
http://www.tribun-timur.com/view.php?id=48152