Biaya Bangun Jembatan Selat Sunda Rp100 Triliun
Jumat, 14 Agustus 2009 00:55 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Artha Graha Network melalui PT.Bangungraha Sejahtera Mulia merampungkan studi kelayakan awal (pra feasibility study, pra FS) Jembatan Selat Sunda yang hasilnya untuk pembangunannya butuh Rp100 triliun.
"Kami mengharapkan setelah pra-FS dibuat pemerintah segera membuat payung hukum untuk memulai pembangunan mega proyek ini," kata Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah di Jakarta, Kamis.
Senada dengan Gubernur Banten, juga disampaikan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP yang mengatakan, kondisi lalulintas yang dilayani Pelabuhan Bakauheni dan Merak sudah terlalu padat sehingga kehadiran jembatan sangat dibutuhkan.
Menurutnya, saat ini saja tercatat 3500 kendaraan, 35.000 orang, serta 20 juta ton batu bara yang melewati kedua pelabuhan, bahkan apabila terjadi gangguan di laut maka antriannya dapat mencapai 10 kilometer.
"Tidak dapat dibayangkan kondisi 10 tahun ke depan seandainya jembatan belum juga direalisasikan sehingga 10 Gubernur se Sumatra memasukannya ke dalam empat rekomendasi yang harus dilaksanakan pemerintah," ujarnya.
Dia mengatakan, 60 persen ekspor nasional berasal dari Sumatra, 40 persen gula berasal dari Lampung, kalau ditambah dengan Jembi dan Palembang sudah mencapai 50 persen lebih.
Atut mengatakan, Pemerintah Provinsi siap memberikan dukungan seandainya pemerintah mengeluarkan payung hukum diantaranya dengan membuatkan payung hukum misalnya dalam bentuk Perpres dan sebagainya.
Hasil Pra-FS yang berhasil dirampungkan Artha Graha Network yang dipimpin Tommy Winata diserahkan kepada kedua gubernur Banten dan Lampung, untuk kemudian diserahkan pemerintah pusat.
Hadir dari pemerintah pusat, Menteri Negara dan Perencana Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas Paskah Suzetta, Dirjen Bina Marga Hermanto Dardak mewakili Menteri PU, dan wakil dari Menko Perekonomian.
Sementara Tommy Winata mengatakan, pihaknya tidak mempertimbangkan soal keuntungan dalam pembuatan Pra FS. Namun apabila tidak ada yang memulai melakukan studi maka Jembatan Selat Sunda tidak kunjung direalisasikan,.
"Kalau dari hitung-hitungan bisnis yang bagaimanapun tidak akan untung membuat studi semacam ini, tetapi kalau tidak ada yang memulai maka siapa yang akan membangun jembatan ini," tuturnya.
Pembuatan Pra FS jembatan Selat Sunda berawal ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MoA) pada 3 Oktober 2007 dengan mengikutsertakan konsultan terkenal Prof. Dr. Wiratman Wangsadinata.
Menurutnya, masih membutuhkan studi lebih dalam lagi untuk menentukan struktur terbaik dari jembatan terpanjang di dunia karena kalau jadi dibangun memiliki panjang lebih dari 30 kilometer.
"Bentang tengah terpanjang di dunia saat ini mencapai 2200 meter, dalam Pra FS Jembatan Selat Sunda punya bentang tengah mencapai 3800 meter," ujarnya.
Dalam studi lebih lanjut masih harus dilihat potensi gempa di kawasan itu, harus dipertimbangkan adanya patahan yang memang ada kemudian juga Gunung Krakatau yang masih aktif, jelasnya.
Potensi gempa itu nantinya untuk melihat kekuatan struktur yang akan dibangun. Semuanya sebenarnya dapat diukur sebelum ditawarkan kepada investor yang berminat mengerjakannya.
Wiratman juga tidak memungkiri kemungkinan membangun terowongan karena dari segi biaya juga sama tinggal dicari mana dari keduanya yang lebih memberikan jaminan keselamatan.
Sedangkan Menteri Perencana Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, dukungannya dengan diselesaikannya pembuatan Pra-FS Jembatan Selat Sunda.
Dia mengatakan, kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia mencapai Rp1,6 biliun (setelah triliun) atau 3,5 persen dari PDB, namun kemampuan anggaran pemerintah hanya 30 persen atau sekitar Rp450 triliun.
Sehingga masih ada kesenjangan sangat besar di atas Rp1 biliun, idealnya kesenjangan harus ditutup agar menuju pertumbuhan ekonomi 5 sampai 7 persen pada periode 2009 - 2014, jelas Paskah.
Dia juga tengah mengusulkan bagi perusahaan swasta yang sudah melaksanakan studi kelayakan awal, apabila biasanya saat tender mendapat kemudahan (previlage) sampai 10 persen akan ditingkatkan menjadi 20 persen.
"Semata-mata usulan ini untuk menarik minat kerjasama pemerintah swasta terutama untuk menggarap proyek skala besar seperti Jembatan Selat Sunda," ujarnya.(*)
------------------------------------------------------
Jumat, 14/08/2009 09:28 WIB
Tommy Winata: Saya Tidak Cari Untung Dari Jembatan Selat Sunda
Jakarta - Bos Artha Graha, Tommy Winata mengaku tidak mencari untung dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda yang rencananya akan dibangun mulai 2009-2010, dan rencananya akan selesai pada tahun 2020.
"Kalau kami memulai karena keuntungan, bukan keterpanggilan, maka tidak akan selesai ini proyek. Kami lihat keuntungan lain di balik itu maka kami berani memulai proyek itu," ujarnya usai Penandatanganan dan Penyerahan hasil pra studi kelayakan Jembatan Selat Sunda di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam (13/8/2009).
Untuk diketahui, Artha Graha merupakan koordinir dari pihak swasta dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda yang diperkirakan menelan biaya Rp 100 triliun tersebut.
"Kami lebih mengutamakan bagaimana proyek ini bisa secara gotong-royong diselesaikan. Keuntungan terbesar adalah bagi rakyat terutama di Sumatera dan Jawa. Keuntungan ini akan menjadi keuntungan seluruh rakyat," katanya.
Dikatakan Bos Artha Graha ini, menurut hasil studi yang dilakukannya, pembangunan jembatan ini akan selesai pada 10 tahun.
"Jika semuanya baik, Insya Allah 10 tahun selesai. Kalau masalah kebangsaan, ini proyek dibangun untuk kepentingan bangsa, untuk kepentingan rakyat. Demi kepentingan untuk memperekat keutuhan NKRI, dalam hal ini menyambung pulau Sumatera dan Jawa. Saya kira apapun pemerintahan, siapaun pemimpinnya pasti memiliki komitmen untuk rakyatnya," pungkasnya.
-----------------------------------------------
Jumat, 14/08/2009 08:43 WIB
Pembangunan Jembatan Selat Sunda Telan Biaya Rp 100 Triliun
Jakarta - Rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang rencananya akan dibangun mulai 2009-2010 ini akan menelan biaya sebesar Rp 100 triliun, oleh karena itu pemerintah bekerjasama dengan swasta untuk pembiayaannya.
Hal ini disampaikan oleh Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dalam acara Penandatanganan dan Penyerahan hasil pra studi kelayakan Jembatan Selat Sunda di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam (13/8/2009).
“Menurut studi kelayakan yang telah kita saksikan bersama, untuk pertanyaan berapa anggaran atau budget untuk proyek ini, kurang lebih Rp 100 triliun. Tetapi itu untuk infrastruktur pembangunan jembatan yang kurang lebih 29-30 km. Namun, lahan yang akan dikembangkan dalam kedua provisnsi itu belum termasuk,” tuturnya.
Dalam pembangunan jembatan ini, pemerintah daerah yakni Banten dan Lampung menggandeng pihak swasta yang dikoordinir oleh Artha Graha. Rencananya jembatan ini baru akan selesai pada tahun 2020.
Proyek ini menjadi salah satu prioritas pemerintah karena dalam 10 tahun mendatang diperkirakan pelabuhan Bakauheni dan Merak tidak akan mampu lagi menampung penyeberangan.
“Mengenai tindak lanjut pembangunan, kami membutuhkan investor. Kami berharap stakeholder pemrakarsa dalam hal ini Artha Graha bisa ikut walaupun memang ada aturan yang harus diikuti. Pemda tidak akan mungkin dapat membiayai Rp 100 triliun, tetapi Pemda harus menyediakan anggaran agar kita bisa menjadi join venture terhadap pengelolaan Jembatan Selat Sunda,” paparnya.