Retail
Wednesday, 23 03 2011
Laba Bersih Mitra Adiperkasa 2010 Meningkat 22,6%
BY GRACE PUTRI SEJATI & ROSMIYATI DEWI KANDI
Mitra Adiperkasa menganggarkan Rp 350 miliar belanja modal untuk menambah 146 gerai baru tahun ini. (IFT/MS FAHMI)
JAKARTA (IFT) - PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencatatkan kenaikan laba bersih 22,6% menjadi Rp 201,07 miliar pada 2010 dibanding realisasi 2009 sebesar Rp 163,9 miliar. Pendapatan bersih 2010 mencapai Rp 4,7 triliun atau tumbuh 14,5% dibandingkan laba bersih 2009 sebesar Rp 4,1 triliun. Penjualan eceran dan grosiran memberi kontribusi 84,5% setara Rp 3,9 triliun terhadap total penjualan.
Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan Mitra Adiperkasa, menjelaskan pertumbuhan tersebut didukung oleh penambahan 130 gerai baru yang dilakukan perseroan sepanjang 2010 sehingga sampai akhir 2010 jumlah gerai berbagai merek yang dipegang Mitra Adiperkasa berjumlah 854 gerai. Mitra Adiperkasa membelanjakan Rp 300 miliar untuk menambah jumlah gerainya sepanjang 2010.
"Kami menganggarkan Rp 350 miliar belanja modal untuk ekspansi 146 gerai baru tahun ini. Sampai Maret 2011, kami sudah mengelola 870 gerai di 25 kota dari target 1.000 gerai yang akan kami kelola," ujar Fetty, Rabu.
Dia menyebutkan, pembukaan gerai baru akan dibangun di Jayapura, Palu, dan Ambon sebagai upaya perseroan merambah wilayah Timur Indonesia. Perusahaan juga menambah sejumlah merek baru, seperti Payless ShoeSource yang akan dibuka pada April 2011, serta Bershka dan Stradivarius milik Inditex Group, pemilik merek Zara, yang sudah dibuka di Plaza Indonesia.
Departemen Riset IFT memperkirakan, Mitra Adiperkasa akan kembali membagikan dividen yang jumlahnya tidak berbeda jauh dengan yang dibagikannya ke pemegang saham sebesar Rp 15 pada 2009. Mitra Adiperkasa memperoleh laba bersih yang lebih tinggi ditambah jumlah belanja modal yang hanya ditambah Rp 50 miliar dibandingkan anggaran belanja modal 2009 sebesar Rp 300 miliar.
Realisasi pendapatan Mitra Adiperkasa juga hampir sesuai dengan estimasi konsensus analis Bloomberg sebesar Rp 4,7 triliun. Pertumbuhan pendapatan diikuti peningkatan beban pokok penjualan sebesar 13,7% pada 2010, namun kinerja laba perseroan tetap tumbuh dengan baik. Laba kotor tumbuh 15,5% menjadi Rp 2,4 triliun, laba usaha tercatat naik 45,9% menjadi senilai Rp 449 miliar, dan laba bersih juga meningkat 22,6% menjadi Rp 201,07 miliar, hampir mendekati estimasi konsensus analis yang di survei Bloomberg sebesar Rp 205 miliar.
Beban pokok penjualan meningkat dari Rp 2,05 triliun di 2009 menjadi Rp 2,34 triliun pada 2010. Komponen beban pokok penjualan barang dagangan naik 14,3% menjadi Rp 2,2 triliun pada 2010 dari Rp 1,9 triliun pada 2009. Peningkatan laba kotor yang besar karena pertumbuhan beban pokok penjualan lebih kecil dibandingkan pertumbuhan pendapatan. Margin kotor Mitra Adiperkasa naik sedikit dari 50% di 2009 menjadi 50,4% pada 2010.
Laba usaha Mitra Adiperkasa meningkat, selain disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dan laba kotor juga didorong oleh pertumbuhan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan beban usaha. Beban usaha tahun 2010 meningkat sebesar 10,1% menjadi Rp 1,9 triliun dari Rp 1,7 triliun di 2009. Kenaikan laba usaha mendorong pertumbuhan margin usaha sebesar 27,4% dari 7,5% di tahun 2009 menjadi 9,5% tahun 2010. Peningkatan margin kotor dan margin usaha mengakibatkan kenaikan pada margin bersih sebesar 7% dari 4% ditahun 2009 menjadi 4,3% di tahun 2010. Return on Equity (ROE) Mitra Adiperkasa akhirnya naik dari 12,73% menjadi 13,69%, akibat kinerja laba meningkat.
Bergantung Lisensi
Namun, perusahaan ritel seperti Mitra Adiperkasa memiliki sejumlah kelemahan, antara lain,terlalu bergantung pada brand image. Dari sekitar 90 merek yang mereka jual, sebagian besar merupakan produk lisensi, bukan produk yang dikembangkan sendiri.
Hal ini membuat beban perusahaan cukup tinggi karena mereka harus menanggung biaya lisensi atau biaya waralaba. Untuk merek Starbucks misalnya, Mitra Adiperkasa harus membayar biaya lisensi sebesar Rp 12,56 miliar pada 2010. Sedangkan untuk merek Burger King, mereka harus membayar Rp 3,6 miliar.
Mitra Adiperkasa juga memiliki risiko merek yang mereka bawa ke Indonesia tidak di respon dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terjadi pada merek busana Harvey Nichols yang gagal dipasarkan di Indonesia. Gerai yang berlokasi di Grand Indonesia itu telah ditutup.
Pada penutupan perdagangan kemarin, saham Mitra Adiperkasa diperdagangkan dengan harga Rp 2.675, naik 75 poin atau 2,88% dibandingkan perdagangan sebelumnya Rp 2.600. Jumlah saham Mitra Adiperkasa yang diperdagangkan kemarin sebanyak 7,8 juta lembar. (*)