SkyscraperCity Forum banner

JAKARTA | 2nd Inner Ring Toll Road | 69,77 Km | U/C

568K views 2K replies 237 participants last post by  Kenat 
#1 ·
Thread ini membahas tentang Rencana 6 ruas jalan tol dalam kota wilayah DKI Jakarta. Dan ini sedikit bocoran tentang rencana tersebut.

1.Pembuka


2. Trase yg direncanakan


3. Crossing dengan JORR W1


4. Pesing Overpass, Daan Mogot


5. Rel kereta api Pesing


6. Zainul Arifin


7. Sekitaran Gadjah Mada


8. Penampang di Jl Samanhudi (Pasar Baru)


9. Underpass Gunung Sahari (Jl Angkasa)


10. Tanah Abang Junction
 
See less See more
10
  • Like
Reactions: ragustiono
#34 ·
^^Sebelumnya thanks ya udh meramekan thread ini (sebagai TS ane senang:)).
Mengenai masalah Elevated road, ini alasannya kenapa harus dibangun:

1. Di sini (Jakarta) ada anggapan "tidak ada mobil = tidak ada kaki" yg artinya gak ada mobil tidak bisa jalan kemana2.
2. Kalo cuma mengandalkan transportasi umum, beban subsidi yg harus ditanggung pemerintah sangatlah besar. Jika tidak harga tiket bisa naik turun dan buruknya bisa sangat tinggi dan tidak logis.
3. Kendaraan pribadi MASIH menjadi sumber utama PAD (pendapatan asli daerah).
4. Di Jakarta sebenarnya dengan jumlah total panjang jalan yg sekarang dirasa masih SANGAT KURANG dibandingkan dengan kota2 besar lain di dunia. Belum lagi banyaknya "Missing link" atau banyak jalan yg masih belum tersambung dengan jalan lain.
5. Umumnya efektivitas transportasi umum kota Jakarta bertipe "Sprawl" alias menyebar, yg artinya ada banyak daerah "Blank spot" atau daerah yg tidak dijangkau oleh transportasi umum (kalo yg ini sumbernya ane baca dari buku).
6. Transportasi umum di Jakarta sejatinya TIDAK AKAN pernah menyelesaikan masalah selama tata ruang yg ada berorientasi menyebar. Contoh area pemukiman jauh dari pusat aktifitas (Perkantoran, toko, mall, dll).

Sebenarnya jalan layang bukan sesuatu yg menakutkan. Buktinya di Shanghai dan Tokyo banyak jalan layang malang melintang di tengah kota. Ane lebih memilih kota tersebut karena karakteristik kedua kota tsb hampir sama dengan Jakarta. Contoh salah satu persimpangan elevated road di Shanghai



Sumber: http://www.flickr.com/photos/leniners/5869731005/

Dan juga kalo sudah kelar semuanya, Jakarta bakal memiliki 4 jalur Ring Road, 2 jalur Inner Ring Road, 2 jalur Outer Ring Road.
 
#44 ·
Sy tambahkan lagi kenapa JALAN RAYA HARUS CUKUP.

Karena tidak semua penduduk Jakarta bekerja di kantor atau pabrik yang jam kerjanya rigid dari pagi sampai sore.

Dengan berkembangnya perekonomian, maka sektor bisnis akan bergerak ke arah JASA. Yang mana jam kerja sangat fleksibel. Bayangkan kalau jalan tidak cukup, sektor ekonomi seperti ini bagaimana solusinya ???

Misalnya tukang reparasi AC, Delivery Service, Pemadam Kebakaran, Ambulans, banyak sekali sektor bisnis (terutama UKM) yang bakal terbantu dengan jalan raya.
:p ... Bayangkan kalau jalan macet, amit2 deh mati di dalam ambulans :D
 
#38 ·
Masalahnya dimari itu, MRTnya gak ada dan lama, tapi napsu bikin jalan yang melayang kemana2 lebih gede.. Menurut saya, jalan layang dan tol yang paling diperlukan itu, cuma jalan khusus dari kawasan industri dan pergudangan ke pelabuhan. Itu di daerah Plumpang Semper Gading jalannya segede ucrit, tapi yang lewat truk-truk kontener tiada henti, yassalaaam...
 
#36 ·
^^^^ sy jg setuju dgn rencana jln layang tol dan non tol di jakarta. namun, sepertinya tidak semua ruas yg tercantum diperlukan, sperti koridor semanan-sunter-pulogadung dan kp melayu-kemayoran, yg menurut sy lebih bagus dgn rute spt busway, mrt or monorel karena jalur tersebut hanya mengalami kemacetan di titik tertentu saja karena lampu lalin dan situasi lalin semeraut.

untuk ruas lainnya, sperti ulujami-senayan, ps minggu-casablanca dan bekasi-kp melayu, saya sangat setuju untuk membangun ruas tol or arteri layang, mengingat ketiga ruas tersebut cukup padat oleh arus kendaraan khususnya roda 2 dan roda 4. namun, jalur di kolongnya pun perlu juga dibangun underpass atau flyover (jika tingginya memungkinkan), untuk membantu kendaraan, khususnya roda 2 yg sptnya tdilarang melewati jln2 layang tersebut, yg tidak mengganti arah (kiri-kanan) saat melwati persimpangan. hal ini juga untuk meminimalisir kekacauan lalin di jalur kolong juga
 
#37 ·
nah yang seharusnya bisa dilakukan adalah jalur tersebut nantinya juga digunakan untuk busway juga dan saya pun gak yakin semua jalur itu akan terealisasi dalam jangka waktu dekat ini, bisa jadi 5-10 tahun yang akan datang baru jadi proyeknya... Jakarta udah seperti apa tuh 10 tahun lagi yak....
 
#39 ·
Sehubungan dengan pembangunan JLNT termasuk rencana pembangunan 6 ruas jalan tol, "si Ahlinye Jakarte" pernah mengatakan seperti ini:

Ke depan, kata Fauzi, jalan di Jakarta akan dibangun hingga lima tingkat. Hal ini mencontoh pembangunan jalan yang dilakukan kota-kota besar di dunia seperti, Tokyo dan Shanghai. "Barangkali lima sampai 10 tahun ke depan kita bisa lihat jalan di Jakarta lapis tiga, empat, atau lima, seperti di Tokyo dan Shanghai," katanya.

Dikatakan Fauzi, pertumbuhan jalan di Jakarta tidak mungkin untuk dihentikan. Hal ini untuk mengimbangi pertumbuhan kendaraan yang ada. Saat ini, kata Fauzi, pertumbuhan kendaraan di Jakarta mencapai 9-11 persen. Karena itu, dirinya mempertanyakan jika pembangunan jalan dihentikan, apakah pertumbuhan kendaraan akan bisa ditekan hingga nol persen.

"Kendaraan di Jakarta ini tumbuh dengan persentase yang sangat tinggi. Ini yang perlu dipertanyakan apakah kalau kita tidak membangun jalan, pertumbuhan kendaraan jadi nol. Silahkan para ahli menjawab itu. Tapi saya kira tidak mungkin kita turunkan menjadi nol, itu yang menyebabkan Jakarta masih harus mengembangkan rasio jalannya," kata Fauzi.

http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=50418
Padahal yang dikatakan ahli transportasi sebenarnya kan seperti ini:

Rencana pembangunan 6 ruas tol dalam kota dinilai tidak akan jadi solusi kemacetan. Hal ini disampaikan oleh Bambang Susantono, wakil menteri perhubungan.

Berapa pun jumlah jalan yang dibuat tidak akan menjawab permasalahan kemacetan. Penambahan jumlah jalan justru akan menambah masalah kemacetan. "Tetap akan terjadi suatu titik kemacetan karena jalan yang ada tidak dapat menampung dan mengatasi kebutuhan," kata Bambang.

Justru yang harus di utamakan adalah memperbesar kapasitas angkutan umum. "Fasilitas umum itu harusnya lebih banyak dari kendaraan pribadi. Saya lihat belum ada keberpihakan pada transportasi umum. Prinsipnya harus seimbang antara membangun jalan dengan mengembangkan kapasitas angkutan."

http://industri.kontan.co.id/news/kemenhub-pembangunan-tol-bukan-solusi-kemacetan-1
Sudah seimbang belum?
 
#42 ·
Saya lebih setuju model Singapura yg lebih menitik beratkan kepada publik transport utk better future. Di samping pemerintah bisa menarik secara maksimal uang dari org yg mau punya mobil melalui lelang kemepemilikan kendaraan, juga gak lucu ibukota sampai macet total. Di samping itu pula lihat efek jika terjadi macet, berapa duit akan terbuang sia2 di bbm yg di subsidi. Jumlah uang yg di buang utk macet setahun bisa bikin MRT.

Lihatlah mudik sekarang yg macet di mana2. 10 tahun lagi gimana?
 
#45 ·
Hmm...
Di satu sisi banyak yg mendukung penolakan jalan tol tengah di Surabaya dan mencibir proyek JLNT sebagai sia sia. Malahan banyak yang menulis kita harusnya berani meniru Seoul yang merobohkan tol dalam kotanya atau mengubah jalan tol jadi lrt.

Disini malah banyak yg mendukung proyek ini...
 
#46 ·
^^Karakteristik Seoul sama Jakarta kan beda jauh. Di Seoul jalan layang dirubuhkan karena di bawahnya ada sungai kecil tapi purba. Tapi disana panjang jalan sama lebarnya sudah ideal. Kalo Jakarta jalannya masih kurang jauh!! Belum lagi sempit2.
 
#47 ·
Setuju. Tapi perlu digarisbawahi lho, pembangunan JLNT dan 2nd Inner Ring Road ini hanya meningkatkan kapasitas koridor2 eksisting, bukan membuat jaringan jalan di koridor2 baru. Padahal yang diperlukan di Jakarta adalah jalan2 arteri koridor baru dengan melingkar / grid yang menembus kawasan pemukiman padat, perumahan, pusat2 industri dan bisnis, sehingga memecah konsentrasi kepadatan kendaraan. Seperti contohnya proyek Jl. Arteri Pondok Indah / Jl. Panjang yang proyeknya dimulai awal 90-an.

Coba perhatikan kawasan selatan Jakarta yang jalur arteri timur Barat - Timur nya hanya mengandalkan Jl. Raya Cipulir - Tendean - MT Haryono dan Jl. TB Simatupang? Tidak ada jalur baru diantara koridor itu membuat jalan arteri kedua tempat tersebut sangat padat! Harusnya ada 3-4 koridor jalan arteri baru lagi. Dan JLNT dan Jalan Layang Tol Dalam kota 2 tidak menjawab kebutuhan hal tersebut, karena JLNT dan JLTDK 2 itu dibagun di koridor eksisting dan sifatnya hanya menggandakan kapasitas koridor eksisting.

Mungkin yang sehari2 lewat Tendean sudah tahu rasanya. Dan memang tidak ada pilihan jalan arteri lain yang sejenis lewat Tendean, kecuali jalan2 kecil / tikus.
 
#48 ·
^^Nah itu gw setuju bgt bro. Sebenarnya jalanan di Jakarta kurang karena masih banyak jalan2 yg belum tersambung satu sama lain. Contohnya Jalan arteri yg menghubungkan jl Sudirman dgn jalan teuku nyak arief (Permata Hijau). Cuma kendala terbesarnya adalah soal pembebasan tanah. Kenapa? Karena harga tanah di Jakarta terlampau tinggi. Blum lagi makelar2 tanah. Coba kalo jadi, yg mau ke area Pondok Indah dari Sudirman gak perlu lewat radio dalam yg terlampau sempit.

Tapi, yg namanya jalan layang juga tetap diperlukan selama jalan eksisting tidak memungkinkan untuk dilebarkan. Contoh jl Antasari kan sangat tidak mungkin dilebarkan. Jadi dripada pengenbangan ke samping sulit, maka mau tidak mau harus ke atas. Begitu juga dengan jalan layang tol. Gak beda2 jauh lah masalahnya.
 
#49 ·
Proyeknya keren sih,
agak telat, tapi daripada nggak sama sekali?
Yang agak kurang pas di rendernya mungkin bangunan di sebelah junction yang masih atapnya genteng oren, kalo udah dibangun pencakar langit buat business district atau apa, pasti keren
Terus, kaya pic yang di shanghai itu, kalo nanti Jakarta udah kaya, bisa masang lampu buat city beautification. IMO ya :banana:
 
#65 ·
Betul mas.. jalan (tol) itu prasarana, sedangkan angkutan umum itu sarana. Sampai kapan pun tidak bisa saling substitusi :)
Angkutan umum butuh jalan? Pasti..

...
Kalau dua-duanya dijalankan bersamaan malah akan membuat progres keduanya lambat. Lebih baik fokus di satu yg jadi prioritas, total football dijadiin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
...
Benar.. itu juga sering terjadi di negara-negara maju.

segera bangun,,, supaya yg punya mobil pada lewat jalan tol... dan para pengguna motor bisa sedikit bernapas di jalan non tol... :banana:
Setuju!... Tapi, itu mobil2 jangan turun ya, muter2 aja di atas... hehe.
 
#54 ·
Klo bangun "jalan" nafsu banget, proyek "jalan" selalu lancar pembangunanya.

MRT ???
Gak ada progress signifikan, hanya ISPAL & pelebaran jln di fatmawati (itupun beberapa meter). MRT hanya sbg proyek iklan kampanye.
Monorail???
Belum jelas kepastian kelanjutannya.
 
#55 ·
^^^^

giliran JLNT aja pembangunanny yg jdi prioritas :bash::bash:

setidakny jakarta needs a leader like Ibu Risma (Tri Rismaharini), yg berani menolak mentah2 jalan tol dalam kota Surabaya dan lbih mengedepankan trem + monorel. :eek:kay:
 
#56 ·
setidakny jakarta needs a leader like Ibu Risma (Tri Rismaharini), yg berani menolak mentah2 jalan tol dalam kota Surabaya dan lbih mengedepankan trem + monorel. :eek:kay:
Idealisme bagus, tapi tetap harus ada yang dibangun. Menolak jalan tol, tapi 'seolah-olah' mengedepankan trem dan monorel..

Tapi gak ada yang jadi ya sama saja. :p ... Jalan Tol gak jadi, trem dan monorel juga belum ada :p
 
#60 ·
Bedanya di Jakarta, ada yang JADI dibangun.... seperti JLNT itu.

Karena sy tidak mau terjebak sama figur karena idealisme mereka yang konon katanya 'merakyat', 'pro-poor', 'pro-green'...

Tapi kalau tidak ada yang JADI dibangun, atau cuman hal2 kecil untuk mendukung ideologi 'kecil' tadi. Ya sama saja sih menurut sy :).

Sy cuman peduli figur yang beneran mau kerja :p... Bukan jualan idealisme atau image.


Karena kalau kita mau kerja, dan beneran mau kerja keras.. menurut sy kita tidak bisa terlalu kiri-- atau kanan-- ... tapi harus PRAGMATIS!!!
 
#59 ·
Coba dilihat dari perspektif alokasi anggaran berdasarkan PRIORITAS.

Anggaran yang ada kan terbatas, jadi harus milih mana dulu yang diprioritaskan: Jalan Tol atau Public Transport?

Kalau dua-duanya dijalankan bersamaan malah akan membuat progres keduanya lambat. Lebih baik fokus di satu yg jadi prioritas, total football dijadiin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Menurut saya yang lebih layak DIPRIORITASKAN dengan anggaran yang terbatas seperti saat ini adalah PUBLIC TRANSPORT.

nuff said
 
#66 ·
Sedikit meluruskan .... Public Transport itu tidak murah, Jalan raya relatif terjangkau. Lebih murah lagi, karena BBM dan Kendaraan kan jadi tanggung jawab yang mau 'bergerak'. Bukan tanggung jawab pemerintah. Yang salah ya kalau pemerintah sok-sokan mau mensubsidi BBM.

Jadi dengan anggaran terbatas, jelas Jalan Raya memang harus jadi solusi. Mau mengembangkan public transport, tapi tanggung jawab terhadap pengembangan jalan raya belum terpenuhi. Sama saja bohong. Kota-kota seperti New York dan Tokyo saja setidaknya sudah punya kadar jalan raya yang lebih tinggi dari Jakarta. UNLESS keadaan kita bener-bener ekstrem kayak HONG KONG. Yang perlu solusi CUTTING EDGE gimana gitu.
 
#62 ·
AceN said:
Setuju banget sama bang peseg :p

IMO persoalan macet ini kalo saya cenderung melihat dari perspektif yang sedikit beda.

Jarinngan jalan yang banyak bottlenecknya

Apa bottleneck nya ? Banyak! Jalan yang tiba tiba menyempit diujung lah, lebar jalan yang beda2 dalam 1 ruas, dannnn pasar tumpah, angkot ngetem, pusat komersial dimana2. Yang 3 terakhir yang menurut saya akut.

Saya ambil case yang simple ya : JLNT Casablanca.

Tiap hari saya lewat jalan Satrio pagi dan sore, karena kantor saya di sebelah ambas. Tiap pagi dan sore juga itu jalan satrio macett.

Kalo pagi hari, yang sisi ke arah Rasuna Said macet SAMPAI depan Ambassador. Apa sebabnya ? Angkot angkot pada ngetem nurunin penumpang di depan ambas. Itu baru pagi hari. Siang hari, idemtito. Malem hari jam 10, woahh sama aja. Bubaran pegawai ambas bikin macet karena angkot satu kampung ngetem nunggu penumpang.

Di sisi yang sebaliknya, bottlenecknya ada 2. Satu pas di pintu keluar Mega Kuningan ( sebelum CWJ ) dan kalo udah berhasil melewatin MK, masih harus ketemu antrian kendaraan yang macet karena mau belok ke Sudirman ( samping Sampoerna Strategic ). Terutama sore hari, sisi yang ini sering ga bergerak. Dalam 1 taun, Macetnya 365 hari di tahun biasa, dan 366 hari di tahun kabisat. Yah, dikurangin lebaran seminggu deh biar ga dianggap hiperbolis. Oya, itu belum ditambah angkot yang ngetem di depan Mega Kuningan yak.

Trus, apa penyebabnya ? Karena kendaraan dari Brotherland yang buanyak sampe bikin macet sehingga perlu jlnt dari Brotherland sampe Casablanca ? Apa iya tu angkot ga bakal ngetem dan jalanan dibawahnya jadi lancarrrrr ? Apa iya tu kendaraan ga akan stuck di depan Mega Kuningan ? Ga akan stuck di depan Sampoerna Strategic karena adanya JLNT ?

You can call me idiot, karena menurut saya yang dibutuhkan Satrio bukan jalan layang tapi penertiban angkot. As simple as that.

Sekarang JLNT udah dibangun, dan adalagi proyek ini. Kalo misalnya JLNT dan JIUTR ini bisa secantik Shanghai atau Tokyo punya, that would be great. Tapi rasa rasanya feeling saya jadinya akan sperti Tol Wiyoto Wiyono semua.. JLNT Satrio udah keliatan tanda-tandanya.Hahaha.

Selama Astra masih berkuasa ( read : bayar pajak paling gede dan tentu saja pesan pesannya juga gede ), dan belum INKA atau ALSTOM atau BOMBARDIER atau SCOMI yang berkuasa ( impossible :p ), maju terus pembangunan jalan tol di Jakarta ! Saya dukung dengan tidak sepenuh hati ! Eh, dengan tidak pakai hati !

Hidup skala prioritas, hidup pengendara mobil pribadi ! Hidup foke, jangan dicoblos biar fotonya tetep bagus !
^^ hahahahahaha...... Entah kenapa itu Ciputra tidak protes, heran deh...padahal bikin kacau masterplannya :bash:


Oya artikel di rujak.org itu sebetulnya hasil pemikiran dari Faisal Basrie yg berdiskusi dgn tim sukses dan partisipannya yg kebetulan difasilitasi oleh pentolan ruang Jakarta, Elisa Tanujaya dan Marco Kusumawijaya yg dua-duanya merupakan pakar urban Development.....
 
#63 ·
segera bangun,,, supaya yg punya mobil pada lewat jalan tol... dan para pengguna motor bisa sedikit bernapas di jalan non tol... :banana:

saya sangat setuju ini dibangun, namun jangan sampe menghentikan proyek2 Transportasi Umum...

saya lihat disana ada penambahan jalur kereta, ada monorel/MRT dan penambahan koridor busway menggunakan jalan tol nya...

keren...!!!
 
#67 ·
Yang salah dengan sistem jalan tol ini adalah sebetulnya jalannya ngga nambah sama sekali. Jalan di Jakarta yang katanya sempit itu ya tetep segitu-gitu aja. Iya betul katakan saja anda bisa masuk area dalam kota lebih cepat dari daerah pinggiran, tapi selama kantor/tempat tujuan anda tidak nyambung langsung dgn jalan tol layang tsb, maka anda akan kembali masuk ke jalan-jalan arteri yang sekarang akan semakin padat karena mobil akan semakin cepat masuk kedalam kota bersaing dengan kendaraan yang asli dari dalam kota.
Pemerintah DKI harusnya memikirkan bagaimana caranya agar mengurangi masuknya kendaraan dari daerah pinggir ke tengah kota, bukannya berusaha mempercepat masuknya kendaraan dari pinggir ke tengh kota. Caranya ya dengan memperbaiki transportasi umum.

Harapan Jalan Tol Layang akan dibangun bersamaan dengan sistem transportasi umum ngga mungkin kesampaian. Duit dari mana? JLNT yang pendek aja abis 700Milyar. Kalau Pemda DKI sekaya itu harusnya JLNT bisa dibangun berbarengan dgn proyek Busway layang.

Belum lagi mau semrawut berapa lama? Liat aja proyek di Casablanca. Mau jalan kacau kayak gitu diseluruh Jakarta selama bertahun-tahun?
 
#68 · (Edited)
Menghubungkan kawasan 'pinggir kota' atau 'Jakarta Coret' itu kerjaan berat. Gubernur DKI dan PEMKAB/PEMKOT di sekitaran harus mau duduk bersama dan tidak egois. Sampai hari ini aja PEMPROV DKI masih ada 'clash' dengan PEMKAB BOGOR soal angkutan Kabupaten Bogor yang cuman boleh sampai Kampung Rambutan. Cawang is a NO NO.

Sy rasa dengan Tangerang juga ada masalah serupa, yang mana angkutan kabupaten cuman boleh sampai Kalideres, Grogol is a NO NO. Apalagi Senen EXCLUSIVE for angkutan DKI :p

Harus ada pihak di Pemerintah Pusat yang bekerja keras untuk 'menyatukan' hal ini.

Kesalahan persepsi soal 'Jalan Tol' adalah karena hanya akan dipakai untuk mobil pribadi saja. Padahal Jalan Tol bisa dipakai Bus juga :). Dengan aturan dan regulasi bisa saja diterapkan THREE-IN-ONE di Jalan Tol.

Kenapa begitu susah mengakui kalau Jalan di Jakarta itu memang kurang adanya??? Buktinya ada kok, toh sekarang Three-In-One aja tetap macet. Artinya, kan memang bukan hanya mobil yang makin banyak. Tapi memang jalannya kurang :(. Tapi, sekali lagi Jalan Raya tidak hanya dipakai untuk mobil yang akan berangkat ke tempat kerja. Tapi juga sektor bisnis yang bergerak secara fleksibel, seperti Tukang AC atau Tukang Reparasi Lemari, Ambulans. Kita tidak bisa berekspektasi semua orang harus kerja di Kantor. Dan semua orang harus bekerja di CBD ??? Klaau trilyunan habis untuk PUBLIC TRANSPORT. Maka masyarakat yang gak kerja di sektor 'lucrative' di kawasan CBD tergadai donk haknya. Oke, pemerintah mungkin SUATU HARI nanti akan membangun public transport di kawasan seperti ini. Tapi dengan anggaran yang besar ya SUATU HARI bisa akan berubah menjadi SUATU BULAN atau SUATU TAHUN.

Dengan dana yang dikeluarkan untuk Jalan Raya, timeframe yang diperlukan bisa jadi malah lebih pendek sampai pada akhirnya pembangunan infrastruktur bisa menyentuh kalangan non-CBD.

Solusinya sih bangun dua-duanya SIMULTAN. Yang ada di CBD ya perlu PUBLIC TRANSPORT, yang lain-lain tetap masih perlu Jalan Raya.
 
#69 ·
Jadi benerkan? masalahnya adalah hubungan daerah ke tengah kota. Jika Pemda bisa membuat warga jakarta coret cukup naik kendaraan umum maka kendaraan pribadi yang masuk kota akan berkurang

Ide jalan tol juga bisa untuk bus kota kontradiksi ama masalah pemda vs pemda. jika bus daerah tetap tidak bisa masuk jakarta, maka pemakai jalan tol akan tetap kendaraan pribadi.
.
Ujung-ujungnya hanya masalah aturan dan regulasi dgn bumbu keegoisan yg sangat banyak.

Kalau masalahnya jalan arteri dalam kota ya tambah jalan arteri dalam kota atau dilebarkan. Kalau hanya jalan tol yang ditambah sama saja menambahkan gula ke segelas air terus menerus, lama-lama jenuh dan tidak bisa larut lagi.

Lagian, emang public transport hanya akan melayani CBD?
Jika ada transportasi publik yang bisa membawa orang dari jakarta coret sampai tengah kota, sudah pasti sepanjang jalur yang dilalui akan terlayani juga bukan? Pembangunan infrastruktur jelas mencapai daerah pinggiran.

Kenyataannya jalan paling macet adalah waktu pulang dan berangkat kerja, artinya pemakai utama jalan raya orang kantoran, bukan pekerja dgn jam kerja flexible.
 
#70 · (Edited)
Lagian, emang public transport hanya akan melayani CBD?
Jika ada transportasi publik yang bisa membawa orang dari jakarta coret sampai tengah kota, sudah pasti sepanjang jalur yang dilalui akan terlayani juga bukan? Pembangunan infrastruktur jelas mencapai daerah pinggiran.

.
Dari banyak kejadian di negara maju. PUBLIC TRANSPORT hampir selalu IN FAVOUR of Development di kawasan CBD atau kawasan komersial dengan kepadatan 'tinggi'. Untuk Masyarakat yang tinggal di suburb dan bekerja di suburb, Public transport sebenarnya sangat redundant.

Lagipula, memang tidak benar kalau semua pembangunan atau approach mau diarahkan ke Public Transport.

Jaringan jalan yang ada sekarang bukan hanya untuk bergerak ke pusat kota/CBD. Tapi juga CITY CROSSING Barat-Timur-Utara Selatan.

Coba deh bayangkan dengan pola Jalan Tol sekarang, Jalan Tol untuk bergerak Barat-Timur (jalur Pluit-Cawang) itu tidak semuanya diisi trafik ke arah CBD. Tapi juga orang yang mau CROSSING ke sisi Timur/Barat Jakarta. Tapi karena akibat Jalan Tol tadi tidak ada alternatif, mau tidak mau harus lewat CBD. Ya akibatnya macet lah dia.

Padahal kalau jalur alternatif bebas hambatannya banyak, tentu sangat memudahkan pihak-pihak yang pola pergerakannya NON-CBD.

Di kota yang jaringan jalan raya yang bagus, masyarakat tidak bekerja di sektor lukratif di CBD, tapi mereka mengembangkan jiwa kewirausahaan nya sendiri. Bayangkan kalau jalan raya cukup, dan saya seorang konsultan. Berapa banyak klien yang bisa saya jumpai setiap hari? Atau sy seorang teknisi peralatan telekomunikasi dan perlu membawa peralatan berat saya. Bayangkan kalau jalan raya bagus maka usaha saya bisa berkembang, jangkauan bisnis sy meluas. Atau sy punya usaha Catering, Sedot WC, Cleaning Service.

Inilah kenapa di negara-negara barat yang Kotanya mengacu 'Jalan Raya'. Masyarakat yang SELF-EMPLOYED, punya bisnis sendiri dan MOBILE sangat tinggi. Mereka terbantu dengan infrastruktur Jalan Raya.

Transportasi umum akan membuat penataan kota terpusat, dan pada akhirnya mengarahkan orang untuk bekerja secara massal ke SATU KANTOR/SATU GEDUNG. Dan dalam jangka panjang itu tidak baik dalam pengembangan Kewirausahaan dan UKM.
 
#71 ·
Sepertinya ada kabar buruk tentang proyek ini.....
Berita dari bursa saham....

Tapi kok di berita ini disebutkan panjang jalan tol-nya 194 Km ya....?? Apa proyek jalan tol-nya beda dari proyek tol di thread ini....???

Bingung saya....


JAKARTA. UBS memangkas rekomendasi saham untuk PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dari beli ke netral. Pemangkasan ini mengacu pada valuasi JSMR yang lebih rendah plus penundaan beberapa proyek perusahaan.

“Kami memperkirakan penyelesaian salah satu proyek terpenting Jasa Marga, Jakarta Outer Ring Road 2, tertunda. Dari awal tahun sampai hari ini, akuisisi lahan masih 1%,” kata analis UBS Tim Alamsyah dalam laporan risetnya Selasa (4/9).

Ia memperkirakan proyek tol sepanjang 194 km itu baru akan rampung tahun 2017, mundur dari perkiraan awal di tahun 2016.
UBS memangkas target harga JSMR dari Rp 6.250 ke Rp 6,150. Broker itu juga menurunkan estimasi pertumbuhan laba JSMR untuk tahun 2012-2015 sebesar 10,6% menjadi 28%.
Hingga pukul 15.14 WIB, saham operator tol pemerintah itu turun 0,87% ke level Rp 5.700.
Sumber : http://investasi.kontan.co.id/news/ubs-tak-lagi-rekomendasikan-beli-jsmr
 
#72 ·
Top