SkyscraperCity Forum banner

[JAKARTA] Transjakarta Busway - A lot of pictures

116295 Views 503 Replies 37 Participants Last post by  tata
Images collected from internet in year 2003-2004 when Transjakarta line 1 was underconstruction.

I've tried it when in Jakarta summer 2004, it's good and the city should build more lines.... faster.

Enjoy,
Tata

Jakarta Busway line 1


Underconstruction


Here it is Tije!


Before opening


Trial period







Guards


Newly recruited drivers post in front of Transjakarta bus


Drivers on training





Busway stop in front of Kota train station


Busway depo



Shelter underconstruction







See less See more
27
Status
Not open for further replies.
21 - 31 of 504 Posts
SUARA PEMBARUAN DAILY

http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/25/index.html

Inovasi Baru Empat Koridor Busway

Evaluasi merupakan tahapan akhir dari pelaksanaan suatu proyek. Namun, tahapan itu sering kali diabaikan ketika implementasi proyek berlangsung sukses. Akhirnya, banyak proyek mengalami kebuntuan, terutama dalam menghadirkan inovasi.

Pembaruan/Luther Ulag

BUSWAY KORIDOR II - Tiga unit bus transjakarta di Koridor II jurusan Kalideres-Harmoni-Pulogadung terganggu karena jalurnya terpakai oleh kendaraan lainnya saat melintas di Jalan Letjen S Parman, Grogol, Jakarta Barat.

KENYATAAN tersebut, rupanya dicermati Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta. Meski telah sukses menghadirkan tiga koridor bus jalur khusus (busway), salah satu unit teknis di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI itu, terus melakukan evaluasi.

Hasilnya, Dishub DKI akan menerapkan beberapa inovasi untuk sarana dan prasarana empat koridor baru busway, yang akan dibangun tahun ini. Empat koridor itu, masing-masing Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) sepanjang 11,85 km, Koridor V (Kampung Melayu-Ancol) 13,50 km, Koridor VI (Ragunan-Kuningan) 13,30 km, dan Koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu) 12,80 km.

"Ada empat prasarana baru yang akan kami hadirkan dalam pembangunan empat koridor busway di tahun ini. Inovasinya terutama menyangkut halte (tempat perhentian, Red)," kata Wakil Kepala Dishub, Udar Pristono, kepada Pembaruan, di Jakarta, Kamis (23/3).

Menurut dia, empat prasarana baru itu, masing-masing halte mengambang (floating halte), SWPA (sky walk paid area), halte terakhir (ending halte) dan pintu halte khusus untuk masuk dan keluar.

Khusus untuk floating halte, akan dibangun di jalur yang memiliki median jalan sempit. Tujuannya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga tidak perlu dilakukan penambahan area untuk membangun halte.

Bentuk fisik halte mengambang ini tidak berbeda jauh dengan halte biasa. Hanya saja, bangunan halte sengaja dirancang tidak langsung menempel di permukaan tanah. "Jadi haltenya akan dibangun di atas jalur busway," ujar Pristono.

Kajian

Dari hasil kajian kondisi jalan di jalur yang akan dilalui empat koridor baru busway, lanjutnya, floating halte akan dibangun di Koridor VI. Pembangunan floating halte di koridor itu, terutama di sepanjang Jl Mampang dan Warung Buncit. Sebab, median di sepanjang jalan tersebut, sempit dan sulit untuk diperlebar.

"Jumlah floating halte yang akan dibangun ada tiga, yakni di depan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Graha Ferostal, dan depan Hero Mampang Prapatan," kata Pristono.

Sedangkan SWPA atau jembatan penghubung antarkoridor busway, akan dibangun di empat titik, yakni di silang empat Matraman, Jl Halimun, Dukuh Atas, dan Senen Raya.

SWPA memiliki fungsi yang sama dengan Harmoni Central Busway (HCB), yakni sebagai titik transfer penumpang yang ingin berpindah dari satu koridor ke koridor lain. Bedanya, SWPA berbentuk jembatan penghubung, sementara HCB berbentuk halte.

Untuk ending halte, menurut Pristono, akan dibangun di Ragunan dan Ancol. Kedua halte tersebut, akan dibuat lebih besar karena dimanfaatkan sebagai prasarana pelengkap bagi dua tempat hiburan di kawasan selatan dan utara Jakarta itu.

Pertimbangannya, penumpang yang menuju Ragunan dan Ancol pasti bertujuan mengunjungi kawasan wisata, yakni Kebun Binatang Ragunan dan Taman Impian Jaya Ancol.

"Jadi haltenya kami buat lebih besar supaya bisa menampung penumpang dalam jumlah banyak," ujar Pristono.

Dia menambahkan, pintu halte di Koridor IV sampai VII nantinya akan dilengkapi dua pintu, tidak seperti di Koridor I (Blok M- Kota), II (Harmoni-Pulo Gadung) dan III (Harmoni-Kalideres) yang haltenya hanya memiliki satu pintu.

Tujuannya untuk membuat penumpang tidak menumpu di satu titik, sekaligus memudahkan penumpang masuk dan ke luar busway. "Selama ini, penumpang sering bertabrakan di pintu ke luar busway. Makanya, akan di buat pintu khusus untuk masuk dan ke luar," kata Pristono.

Sarana Bus

Dia mengungkapkan, pembuatan halte yang dilengkapi dua pintu, ternyata disesuaikan dengan inovasi baru bagi sarana bus yang akan beroperasi di Koridor IV sampai VII. Pintu tidak lagi berada bagian tengah, melainkan di bagian depan dan belakang bus.

"Ini rancangan baru yang kami buat setelah mempelajari kebiasaan masyarakat yang suka menumpuk di dekat pintu. Jadi untuk empat armada busway yang baru, kami akan membuat pemisahan untuk pintu naik dan turun penumpang supaya mereka menyebar," ujar Pristono.

Menurut dia, armada busway Koridor IV, VI dan VII tetap berbentuk single bus dengan kapasitas 85 penumpang, seperti yang telah beroperasi di Koridor I sampai III. Namun, armada untuk Koridor V merupakan bus gandeng yang dilengkapi tiga pintu dengan kapasitas 160 penumpang.

Untuk tahap awal pengoperasian pada akhir 2006, jumlah bus di Koridor IV ditargetkan mencapai 34 unit, Koridor V ada 30 unit, Koridor VI sebanyak 54 unit, dan 85 unit di Koridor VII.

Pristono mengatakan, armada yang beroperasi di Koridor V sengaja dibuat dalam kapasitas besar karena memperhitungkan demand masyarakat yang biasanya mengunjungi Ancol sebagai sarana hiburan. Hal itu, juga disesuaikan dengan jumlah bus yang trayeknya akan dialihkan akibat bersinggungan dengan Koridor V busway.

Berdasarkan perhitungan Dishub, ada 5.808 bus angkutan umum yang mengalami persinggungan sebesar 50 sampai 100 persen dengan empat koridor busway. Dari 5.808 bus, persinggungan paling besar terjadi di Koridor V busway, yakni mencapai 2.959 bus.

Selanjutnya, 1.974 armada yang bersinggungan dengan Koridor VII busway, 542 bus di Koridor IV dan 423 bus di Koridor VI.

"Makanya kami memutuskan untuk mengoperasikan bus gandeng di Koridor V karena jumlah bus yang akan dialihkan dari trayek Kampung Melayu menuju Ancol hampir mencapai 3.000 unit," kata Pristono.

Dia menjelaskan, 5.808 bus yang bersinggungan dengan Koridor IV sampai VIII busway sebagian besar dimiliki oleh enam operator, yakni Mayasari Bakti, Steady Save, Bianglala, Pahala Kencana, PPD, dan Metromini.

Keenam operator tersebut, akan diprioritaskan menjadi konsorsium pengadaan bus untuk empat koridor baru busway. Sebab, persentase persinggungan trayek milik mereka dengan koridor busway berkisar antara 50 sampai 100 persen.

Selain melibatkan operator bus yang trayeknya bersinggungan dengan koridor busway, Dishub juga memberi peluang kepada investor baru untuk masuk dalam konsorsium pengadaan bus yang akan dibentuk.

Dari perhitungan sementara, sekitar 60 persen kebutuhan bus untuk Koridor IV sampai VII akan dipenuhi oleh operator yang trayeknya bersinggungan sebesar 50 sampai 100 persen. Sisa 40 persen dapat ditawarkan kepada investor baru.

Pristono mengatakan, peluang kepada investor baru diberikan karena memperhitungkan kemampuan operator yang akan terlibat dalam konsorsium pengadaan bus untuk Koridor IV sampai VII busway.

Hal itu, didasari pengalaman pengadaan bus untuk Koridor II dan III yang baru dioperasikan pada 15 Januari 2006. Jumlah bus yang beroperasi di dua koridor itu, direncanakan sebanyak 204 armada.

Namun, dari jumlah tersebut, hanya 126 armada yang mampu dipenuhi oleh konsorsium pengadaan bus, yakni PT TransBatavia. "Makanya, untuk empat koridor baru, kita akan buka peluang bagi investor di luar operator yang ada supaya kuota armada yang ditargetkan bisa terpenuhi," ujar Pristono.

Dengan inovasi yang dilakukan untuk sarana-prasarana dan pembentukan konsorsium pengadaan bus, Pristono berharap, kehadiran empat koridor baru busway di akhir tahun ini, akan semakin memenuhi kebutuhan penumpang.

Hal itu, tentunya bukan hanya menyangkut sisi kenyamanan bagi penumpang, tetapi juga untuk menunjukan komitmen Pemprov DKI dalam meningkatkan pelayanan busway dari waktu ke waktu.

"Kami tidak mungkin bisa meningkatkan pelayanan dan menciptakan inovasi tanpa mendapat masukan dari masyarakat, terutama pengguna busway. Jadi kami sangat berharap, masyarakat pro-aktif memberi kritik dan saran," kata Pristono.

Pembaruan/Jeanny A Aipassa
See less See more
SUARA PEMBARUAN DAILY

SUARA PEMBARUAN DAILY
Semua Jalur Potensial Sebaiknya Dilengkapi "Busway"

Sutiyoso: Bappenas Jangan Terburu-buru Mengambil Keputusan soal "Subway"

JAKARTA - Pakar transportasi, Darmaningtyas berpendapat, Pemprov DKI harus konsisten dalam merealisasikan proyek busway. Berbagai kekurangan selama pelaksanaan proyek busway Koridor I sampai III harus diminimalisasi saat pembangunan proyek selanjutnya.

Bahkan, Pemprov DKI juga harus mencermati jalur-jalur potensial yang belum terakomodasi dalam 15 koridor busway yang direncanakan terealisasi seluruhnya pada 2010.

"Ada beberapa jalur dengan potensial permintaannya yang belum masuk dalam 15 koridor busway, seperti jurusan Cililitan-Grogol. Ini harus diperhatikan Pemprov untuk dicari solusinya," kata Darmanintyas di Jakarta, belum lama ini.

Sesuai dengan rencana Pemprov DKI Jakarta, pada akhir 2006 ini, empat koridor busway akan dibuka. Itu berarti, warga Ibukota akan memiliki kesempatan lebih luas untuk memanfaatkan pelayanan busway.

Kempat koridor itu, masing-masing Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) sepanjang 11,85 km, Koridor V (Kampung Melayu-Ancol) 13,50 km, Koridor VI (Ragunan-Kuningan) 13,30 km, dan Koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu) 12,80 km.

Menurut Darmaningtyas, sebaiknya Pemprov DKI mulai mengkaji kemungkinan mengakomodasi jalur potensial sebelum merealisasikan pembangunan 15 koridor busway. Hal itu, dimaksudkan agar jalur potensial dapat disatukan dalam pembangunan proyek busway yang secara geografis memungkinkan.

Menanggapi usulan tersebut, Wakil Kepala Dinas Pergubungan (Dishub) DKI Jakarta, Udar Pristono mengatakan, pihaknya memang tengah mengkaji jalur-jalur dengan permintaan yang potensial yang belum terakomodasi dalam proyek busway.

Subway

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengatakan, batalnya kesepakatan terkait pembiayaan proyek kereta bawah tanah (subway), akan mempengaruhi investasi Jepang pada proyek infrastruktur lainnya di Indonesia.

"Kalau sampai kesepakatan subway betul-betul gagal, saya kira akan mempengaruhi investasi Jepang di proyek infrastuktur lainnya. Mereka (Jepang, Red) kan, tidak hanya investasi untuk subway, tapi juga di beberapa proyek infrastuktur di Indonesia," kata Sutiyoso di Balai Kota, akhir pekan lalu.

Menurut dia, gagalnya kesepakatan mengenai pembiayaan proyek monorel yang sudah dirintis sejak 1995 itu, juga dapat memberi implikasi negatif bagi hubungan politik luar negeri kedua negara.

"Makanya, saya minta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jangan terburu-buru mengambil keputusan proyek ini akan diambil alih Indonesia. Sekali kita mengambil alih, kita harus yakin bahwa kita sangup membuatnya dan sanggup mendanainya," ujar Sutiyoso.

Dia mengatakan, tidak mengerti kenapa belakangan ada usulan subway dikerjakan oleh gabungan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pasalnya, dalam pertemuan terakhir dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 10 Maret 2006, pembicaraan mengenai proyek subway masih terfokus pada pinjaman yang akan dikucurkan Jepang.

Saat itu, Presiden meminta proyek itu, segera dibangun. Itu sebabnya, Sutiyoso diminta memerinci apa saja teknis proyek yang akan menjadi tanggung jawab Pemrpov DKI dan membicarakannya dengan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. (Pembaruan, 13/3).

Sutiyoso menilai, pemerintah pusat mengambil risiko tinggi dengan menyerahkan proyek tersebut ditangani oleh gabungan beberapa BUMN. Hal itu, bukan saja menyangkut pembiayaan, tetapi juga teknologi subway yang rumit dan harus mendapat sertifikasi standar internasional. (J-9)
See less See more
interchange station note as bold....... somehow i cant find similar station in line 6 (line towards kuningan)

Fir3blaze said:
Some info on the new corridors taken from http://trans.jakarta.go.id

Lokasi halte Koridor IV-VII

Transjakarta - Berikut ini lokasi-lokasi halte yang akan melengkapi Koridor IV sampai VII:

☼ Koridor IV:

Halte Pulogadung, halte Tugas, halte Pertamina, halte Telkom, halte Tarakanita, halte Sunan Giri, halte IKIP, halte Kehakiman, halteBPKP, halteUtan Kayu, halte Pasar Genjing, halte Pasar Pramuka, halte Matraman I, halte Manggarai, halte Pasar Rumput, halte Halimun, dan halte Dukuh Atas 2.

☼ Koridor V:

Halte Ancol, halte WTC, halte Mangga Dua Square, halte Jembatan Merah, halte Kartini, halte Lautze, halte Golden Trully, halte Budi Utomo, halte Depertemen Keuangan, halte Senen, halte Pal Putih/Xerox, halte Kramat Sentiong, halte Unversitas Indonesia, halte St. Carolus, halte Matraman, halte Gramedia, halte Gereja ST Joseph, halte Urip Sumohardjo, halte Jatinegara Timur, halte Jatinegara Barat, dan halte Terminal Kampung Melayu.

☼ Koridor VI:

Halte Ragunan, halte Departemen Pertanian, halte Gotong Royong, halte Mangga Besar, halte Pejaten, halte Buncit Indah, halte Waring Jati Barat, halte Imigrasi, halte Graha Ferostal, halte Mampang Prapatan/Hero, halte Rasuna Said/Timah, halte Graha Irama, halte Yayasan RPI, halte Pasar Festival, halte Plaza Kuningan, halte Jasa Raharja, halte Menara Duta, halte Sultan Agung, dan halte Latu Harhari.

☼ Koridor VII:

Halte Kampung Rambutan, halte Tanah Merdeka, halte Makro, halte RS Harapan Bunda, halte Pasar Induk Kramat Jati, halte Terminal Cililitan, halte Mayjen Sutoyo, halte UKI, halte Rumah Susun, halte Gelanggang Remaja, halte Depkeu, dan halte Kampung Melayu. (*)
See less See more
don't stand on the red carpet..! it belongs to tije..





excuse me, let me pass...

See less See more
2
firmanhadi said:
Hmm... buncit raya kan sempit tuh, nanti halte buswaynya di taruh di mana ya? :?
AFAIK, they will built float station in those areas. I don't know what they will look like.

Oya, i found interesting site: www.cybermap.co.id
It's a practical jakarta street guide, there's a feature that can show us some busway lines on the map...
See less See more
bersusah2 dulu...

bersenang2 kemudian... *tepatnya setelah 15 Januari 2007 :D
Alvin said:
well, it looks as if Lines 6-8 should open as scheduled, 15 January 2007. Line 5, I'm not too sure because of that problem...
i dont think it's a major problem for line 5, and i believe it would be completed exactly as scheduled before...
Guys, please join official transjakarta mailist in:

[email protected]

to subscribe: [email protected]

and also please join official transjakarta forum in:

http://www.jakarta.go.id/transjakarta/forum/index.php


give them your views, inputs, suggestions, or critics... they'd love to hear it.. :)
See less See more
@tata : Yeap, those maps taken from the official site...


taken from: www.thejakartapost.com

Skywalks and bendy buses for busway

The Jakarta Post, Jakarta

Come January, Busway riders will notice a few new things about the system.

The Jakarta Transportation Agency plans to build transfer bridges between different corridors and stations to save space and make trips more convenient.

The agency will also bring in articulated, or "bendy", buses for corridor V between Kampung Melayu in East Jakarta and Ancol in North Jakarta.

"We will build a sky walk between paid areas and transfer bridges in Senen, between Matraman and Pramuka and between Dukuh Atas and Landmakr," said agency traffic management unit head Muhammad Akbar on Monday.

"This will make traveling with the busway faster. People holding paid tickets won't have to go out of paid areas," Akbar said.

The longest sky bridge will be one connecting corridors V and I along Jl. Sudirman, which will stretch about 200 meters.

Akbar said the agency would also build "floating" stations above the bus way on corridor V on Jl. Mampang Prapatan.

"Because the street there is really narrow, we have be innovative to make use of the space," he said, adding that the ticketing booth and transaction area would be in the floating station and passengers would access the bus via a ramp. Three floating stations will be built over the Jl. Mampang Prapatan crossroads in front of the Immigration Office.

"Usually, we have around three or four square meters of land to build a busway station on. But in this area, we only have about one or two square meters," Akbar said.

Articulated buses, which consist of two buses connected by an accordion bend, will also help smooth out the busway system.

"So far we can only accommodate corridor V due to its straight road. We'll see if we can implement it in other corridors," Akbar said.

Jakarta Park Agency head Sarwo Handayani said the agency would consider providing plants and flowers for the bridges and stations if space permitted.

"We can put bougainvillea flowers on the bridges. As soon as we know if it's possible we can start making arrangements," she said Monday.

Some residents have suggested that if the articulated buses help reduce congestion in corridor V then they should be used on all routes, while others are concerned they may not work.

Oki Gultom, who lives in Rawamangun, East Jakarta, and works on Jl. MH Thamrin, said Monday that the articulated buses might be redundant and inefficient in areas where other vehicles crossed paths with busway buses, such as around the Hotel Indonesia traffic circle in Central Jakarta.

"During busy times in corridor I (Blok M in South Jakarta to Kota in West Jakarta), buses catch up with each other within three minutes. If the capacity and quantity of single buses is to be reduced and replaced with double buses, then it might be effective to maintain a time lapse between the buses," he added.
See less See more
The expenses for subsidy are never fixed, they are variables. The calculation is based on the gap between monthly operational cost and monthly revenue that BLUTJ earned. If in some month the revenue bigger than the cost, then it's zero subsidy or even cash surplus. But if the operational cost bigger than the revenue then the gap is called subsidy. That's why, the subsidy is never fixed month by month. There was a time that BLUTJ is zero subsidy, that is when 8th to 10th month after the 1st corridor opened.
See less See more
JAKARTA—Tak lama lagi segera tiba 95 unit baru bus
dari Korsel. Dengan demikian, rencana Pemprov DKI
untuk meluncurkan busway Koridor IV, V, VI, dan VII
yang terintegrasi dengan busway koridor sebelumnya
segera terwujud-—sesuai jadwal, 15 Januari 2007.

"Kita akan datangkan seluruh armadanya dalam waktu
dekat," kata Buyung Atang, pemasok Daewoo untuk armada
busway, Rabu [6Des].

Menurut Buyung, kedatangan unit-unit bus itu akan
dilakukan secara bertahap. "Ada yang masih dalam
perjalanan ke Tanjung Priok," katanya.

Dari 95 unit itu, 57 di antaranya untuk menambah
kekurangan armada pada Koridor II dan III yang selama
belum dipenuhi oleh PPD [28 unit] dan Steady Safe [29
unit]. Sedangkan yang 38 unit lagi untuk melayani
empat koridor yakni Koridor IV [Ancol Kampung Melayu],
Koridor V [Pulogadung-Dukuh Atas], Koridor VI [Kampung
Melayu-Kampung Rambutan] dan Koridor VII
[Ragunan-Kuningan].

Di tempat terpisah, Gubernur Sutiyoso menyatakan
optimis bahwa busway Koridor IV-VII akan beroperasi
sesuai jadwal. "Kita sudah direncanakan. Saat ini
sarananya dalam tahap penyelesaian," tuturnya.—john
See less See more
21 - 31 of 504 Posts
Status
Not open for further replies.
Top