SUARA PEMBARUAN DAILY
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/25/index.html
Inovasi Baru Empat Koridor Busway
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari pelaksanaan suatu proyek. Namun, tahapan itu sering kali diabaikan ketika implementasi proyek berlangsung sukses. Akhirnya, banyak proyek mengalami kebuntuan, terutama dalam menghadirkan inovasi.
Pembaruan/Luther Ulag
BUSWAY KORIDOR II - Tiga unit bus transjakarta di Koridor II jurusan Kalideres-Harmoni-Pulogadung terganggu karena jalurnya terpakai oleh kendaraan lainnya saat melintas di Jalan Letjen S Parman, Grogol, Jakarta Barat.
KENYATAAN tersebut, rupanya dicermati Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta. Meski telah sukses menghadirkan tiga koridor bus jalur khusus (busway), salah satu unit teknis di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI itu, terus melakukan evaluasi.
Hasilnya, Dishub DKI akan menerapkan beberapa inovasi untuk sarana dan prasarana empat koridor baru busway, yang akan dibangun tahun ini. Empat koridor itu, masing-masing Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) sepanjang 11,85 km, Koridor V (Kampung Melayu-Ancol) 13,50 km, Koridor VI (Ragunan-Kuningan) 13,30 km, dan Koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu) 12,80 km.
"Ada empat prasarana baru yang akan kami hadirkan dalam pembangunan empat koridor busway di tahun ini. Inovasinya terutama menyangkut halte (tempat perhentian, Red)," kata Wakil Kepala Dishub, Udar Pristono, kepada Pembaruan, di Jakarta, Kamis (23/3).
Menurut dia, empat prasarana baru itu, masing-masing halte mengambang (floating halte), SWPA (sky walk paid area), halte terakhir (ending halte) dan pintu halte khusus untuk masuk dan keluar.
Khusus untuk floating halte, akan dibangun di jalur yang memiliki median jalan sempit. Tujuannya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga tidak perlu dilakukan penambahan area untuk membangun halte.
Bentuk fisik halte mengambang ini tidak berbeda jauh dengan halte biasa. Hanya saja, bangunan halte sengaja dirancang tidak langsung menempel di permukaan tanah. "Jadi haltenya akan dibangun di atas jalur busway," ujar Pristono.
Kajian
Dari hasil kajian kondisi jalan di jalur yang akan dilalui empat koridor baru busway, lanjutnya, floating halte akan dibangun di Koridor VI. Pembangunan floating halte di koridor itu, terutama di sepanjang Jl Mampang dan Warung Buncit. Sebab, median di sepanjang jalan tersebut, sempit dan sulit untuk diperlebar.
"Jumlah floating halte yang akan dibangun ada tiga, yakni di depan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Graha Ferostal, dan depan Hero Mampang Prapatan," kata Pristono.
Sedangkan SWPA atau jembatan penghubung antarkoridor busway, akan dibangun di empat titik, yakni di silang empat Matraman, Jl Halimun, Dukuh Atas, dan Senen Raya.
SWPA memiliki fungsi yang sama dengan Harmoni Central Busway (HCB), yakni sebagai titik transfer penumpang yang ingin berpindah dari satu koridor ke koridor lain. Bedanya, SWPA berbentuk jembatan penghubung, sementara HCB berbentuk halte.
Untuk ending halte, menurut Pristono, akan dibangun di Ragunan dan Ancol. Kedua halte tersebut, akan dibuat lebih besar karena dimanfaatkan sebagai prasarana pelengkap bagi dua tempat hiburan di kawasan selatan dan utara Jakarta itu.
Pertimbangannya, penumpang yang menuju Ragunan dan Ancol pasti bertujuan mengunjungi kawasan wisata, yakni Kebun Binatang Ragunan dan Taman Impian Jaya Ancol.
"Jadi haltenya kami buat lebih besar supaya bisa menampung penumpang dalam jumlah banyak," ujar Pristono.
Dia menambahkan, pintu halte di Koridor IV sampai VII nantinya akan dilengkapi dua pintu, tidak seperti di Koridor I (Blok M- Kota), II (Harmoni-Pulo Gadung) dan III (Harmoni-Kalideres) yang haltenya hanya memiliki satu pintu.
Tujuannya untuk membuat penumpang tidak menumpu di satu titik, sekaligus memudahkan penumpang masuk dan ke luar busway. "Selama ini, penumpang sering bertabrakan di pintu ke luar busway. Makanya, akan di buat pintu khusus untuk masuk dan ke luar," kata Pristono.
Sarana Bus
Dia mengungkapkan, pembuatan halte yang dilengkapi dua pintu, ternyata disesuaikan dengan inovasi baru bagi sarana bus yang akan beroperasi di Koridor IV sampai VII. Pintu tidak lagi berada bagian tengah, melainkan di bagian depan dan belakang bus.
"Ini rancangan baru yang kami buat setelah mempelajari kebiasaan masyarakat yang suka menumpuk di dekat pintu. Jadi untuk empat armada busway yang baru, kami akan membuat pemisahan untuk pintu naik dan turun penumpang supaya mereka menyebar," ujar Pristono.
Menurut dia, armada busway Koridor IV, VI dan VII tetap berbentuk single bus dengan kapasitas 85 penumpang, seperti yang telah beroperasi di Koridor I sampai III. Namun, armada untuk Koridor V merupakan bus gandeng yang dilengkapi tiga pintu dengan kapasitas 160 penumpang.
Untuk tahap awal pengoperasian pada akhir 2006, jumlah bus di Koridor IV ditargetkan mencapai 34 unit, Koridor V ada 30 unit, Koridor VI sebanyak 54 unit, dan 85 unit di Koridor VII.
Pristono mengatakan, armada yang beroperasi di Koridor V sengaja dibuat dalam kapasitas besar karena memperhitungkan demand masyarakat yang biasanya mengunjungi Ancol sebagai sarana hiburan. Hal itu, juga disesuaikan dengan jumlah bus yang trayeknya akan dialihkan akibat bersinggungan dengan Koridor V busway.
Berdasarkan perhitungan Dishub, ada 5.808 bus angkutan umum yang mengalami persinggungan sebesar 50 sampai 100 persen dengan empat koridor busway. Dari 5.808 bus, persinggungan paling besar terjadi di Koridor V busway, yakni mencapai 2.959 bus.
Selanjutnya, 1.974 armada yang bersinggungan dengan Koridor VII busway, 542 bus di Koridor IV dan 423 bus di Koridor VI.
"Makanya kami memutuskan untuk mengoperasikan bus gandeng di Koridor V karena jumlah bus yang akan dialihkan dari trayek Kampung Melayu menuju Ancol hampir mencapai 3.000 unit," kata Pristono.
Dia menjelaskan, 5.808 bus yang bersinggungan dengan Koridor IV sampai VIII busway sebagian besar dimiliki oleh enam operator, yakni Mayasari Bakti, Steady Save, Bianglala, Pahala Kencana, PPD, dan Metromini.
Keenam operator tersebut, akan diprioritaskan menjadi konsorsium pengadaan bus untuk empat koridor baru busway. Sebab, persentase persinggungan trayek milik mereka dengan koridor busway berkisar antara 50 sampai 100 persen.
Selain melibatkan operator bus yang trayeknya bersinggungan dengan koridor busway, Dishub juga memberi peluang kepada investor baru untuk masuk dalam konsorsium pengadaan bus yang akan dibentuk.
Dari perhitungan sementara, sekitar 60 persen kebutuhan bus untuk Koridor IV sampai VII akan dipenuhi oleh operator yang trayeknya bersinggungan sebesar 50 sampai 100 persen. Sisa 40 persen dapat ditawarkan kepada investor baru.
Pristono mengatakan, peluang kepada investor baru diberikan karena memperhitungkan kemampuan operator yang akan terlibat dalam konsorsium pengadaan bus untuk Koridor IV sampai VII busway.
Hal itu, didasari pengalaman pengadaan bus untuk Koridor II dan III yang baru dioperasikan pada 15 Januari 2006. Jumlah bus yang beroperasi di dua koridor itu, direncanakan sebanyak 204 armada.
Namun, dari jumlah tersebut, hanya 126 armada yang mampu dipenuhi oleh konsorsium pengadaan bus, yakni PT TransBatavia. "Makanya, untuk empat koridor baru, kita akan buka peluang bagi investor di luar operator yang ada supaya kuota armada yang ditargetkan bisa terpenuhi," ujar Pristono.
Dengan inovasi yang dilakukan untuk sarana-prasarana dan pembentukan konsorsium pengadaan bus, Pristono berharap, kehadiran empat koridor baru busway di akhir tahun ini, akan semakin memenuhi kebutuhan penumpang.
Hal itu, tentunya bukan hanya menyangkut sisi kenyamanan bagi penumpang, tetapi juga untuk menunjukan komitmen Pemprov DKI dalam meningkatkan pelayanan busway dari waktu ke waktu.
"Kami tidak mungkin bisa meningkatkan pelayanan dan menciptakan inovasi tanpa mendapat masukan dari masyarakat, terutama pengguna busway. Jadi kami sangat berharap, masyarakat pro-aktif memberi kritik dan saran," kata Pristono.
Pembaruan/Jeanny A Aipassa
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/25/index.html
Inovasi Baru Empat Koridor Busway
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari pelaksanaan suatu proyek. Namun, tahapan itu sering kali diabaikan ketika implementasi proyek berlangsung sukses. Akhirnya, banyak proyek mengalami kebuntuan, terutama dalam menghadirkan inovasi.
Pembaruan/Luther Ulag
BUSWAY KORIDOR II - Tiga unit bus transjakarta di Koridor II jurusan Kalideres-Harmoni-Pulogadung terganggu karena jalurnya terpakai oleh kendaraan lainnya saat melintas di Jalan Letjen S Parman, Grogol, Jakarta Barat.
KENYATAAN tersebut, rupanya dicermati Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta. Meski telah sukses menghadirkan tiga koridor bus jalur khusus (busway), salah satu unit teknis di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI itu, terus melakukan evaluasi.
Hasilnya, Dishub DKI akan menerapkan beberapa inovasi untuk sarana dan prasarana empat koridor baru busway, yang akan dibangun tahun ini. Empat koridor itu, masing-masing Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas) sepanjang 11,85 km, Koridor V (Kampung Melayu-Ancol) 13,50 km, Koridor VI (Ragunan-Kuningan) 13,30 km, dan Koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu) 12,80 km.
"Ada empat prasarana baru yang akan kami hadirkan dalam pembangunan empat koridor busway di tahun ini. Inovasinya terutama menyangkut halte (tempat perhentian, Red)," kata Wakil Kepala Dishub, Udar Pristono, kepada Pembaruan, di Jakarta, Kamis (23/3).
Menurut dia, empat prasarana baru itu, masing-masing halte mengambang (floating halte), SWPA (sky walk paid area), halte terakhir (ending halte) dan pintu halte khusus untuk masuk dan keluar.
Khusus untuk floating halte, akan dibangun di jalur yang memiliki median jalan sempit. Tujuannya untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga tidak perlu dilakukan penambahan area untuk membangun halte.
Bentuk fisik halte mengambang ini tidak berbeda jauh dengan halte biasa. Hanya saja, bangunan halte sengaja dirancang tidak langsung menempel di permukaan tanah. "Jadi haltenya akan dibangun di atas jalur busway," ujar Pristono.
Kajian
Dari hasil kajian kondisi jalan di jalur yang akan dilalui empat koridor baru busway, lanjutnya, floating halte akan dibangun di Koridor VI. Pembangunan floating halte di koridor itu, terutama di sepanjang Jl Mampang dan Warung Buncit. Sebab, median di sepanjang jalan tersebut, sempit dan sulit untuk diperlebar.
"Jumlah floating halte yang akan dibangun ada tiga, yakni di depan Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, Graha Ferostal, dan depan Hero Mampang Prapatan," kata Pristono.
Sedangkan SWPA atau jembatan penghubung antarkoridor busway, akan dibangun di empat titik, yakni di silang empat Matraman, Jl Halimun, Dukuh Atas, dan Senen Raya.
SWPA memiliki fungsi yang sama dengan Harmoni Central Busway (HCB), yakni sebagai titik transfer penumpang yang ingin berpindah dari satu koridor ke koridor lain. Bedanya, SWPA berbentuk jembatan penghubung, sementara HCB berbentuk halte.
Untuk ending halte, menurut Pristono, akan dibangun di Ragunan dan Ancol. Kedua halte tersebut, akan dibuat lebih besar karena dimanfaatkan sebagai prasarana pelengkap bagi dua tempat hiburan di kawasan selatan dan utara Jakarta itu.
Pertimbangannya, penumpang yang menuju Ragunan dan Ancol pasti bertujuan mengunjungi kawasan wisata, yakni Kebun Binatang Ragunan dan Taman Impian Jaya Ancol.
"Jadi haltenya kami buat lebih besar supaya bisa menampung penumpang dalam jumlah banyak," ujar Pristono.
Dia menambahkan, pintu halte di Koridor IV sampai VII nantinya akan dilengkapi dua pintu, tidak seperti di Koridor I (Blok M- Kota), II (Harmoni-Pulo Gadung) dan III (Harmoni-Kalideres) yang haltenya hanya memiliki satu pintu.
Tujuannya untuk membuat penumpang tidak menumpu di satu titik, sekaligus memudahkan penumpang masuk dan ke luar busway. "Selama ini, penumpang sering bertabrakan di pintu ke luar busway. Makanya, akan di buat pintu khusus untuk masuk dan ke luar," kata Pristono.
Sarana Bus
Dia mengungkapkan, pembuatan halte yang dilengkapi dua pintu, ternyata disesuaikan dengan inovasi baru bagi sarana bus yang akan beroperasi di Koridor IV sampai VII. Pintu tidak lagi berada bagian tengah, melainkan di bagian depan dan belakang bus.
"Ini rancangan baru yang kami buat setelah mempelajari kebiasaan masyarakat yang suka menumpuk di dekat pintu. Jadi untuk empat armada busway yang baru, kami akan membuat pemisahan untuk pintu naik dan turun penumpang supaya mereka menyebar," ujar Pristono.
Menurut dia, armada busway Koridor IV, VI dan VII tetap berbentuk single bus dengan kapasitas 85 penumpang, seperti yang telah beroperasi di Koridor I sampai III. Namun, armada untuk Koridor V merupakan bus gandeng yang dilengkapi tiga pintu dengan kapasitas 160 penumpang.
Untuk tahap awal pengoperasian pada akhir 2006, jumlah bus di Koridor IV ditargetkan mencapai 34 unit, Koridor V ada 30 unit, Koridor VI sebanyak 54 unit, dan 85 unit di Koridor VII.
Pristono mengatakan, armada yang beroperasi di Koridor V sengaja dibuat dalam kapasitas besar karena memperhitungkan demand masyarakat yang biasanya mengunjungi Ancol sebagai sarana hiburan. Hal itu, juga disesuaikan dengan jumlah bus yang trayeknya akan dialihkan akibat bersinggungan dengan Koridor V busway.
Berdasarkan perhitungan Dishub, ada 5.808 bus angkutan umum yang mengalami persinggungan sebesar 50 sampai 100 persen dengan empat koridor busway. Dari 5.808 bus, persinggungan paling besar terjadi di Koridor V busway, yakni mencapai 2.959 bus.
Selanjutnya, 1.974 armada yang bersinggungan dengan Koridor VII busway, 542 bus di Koridor IV dan 423 bus di Koridor VI.
"Makanya kami memutuskan untuk mengoperasikan bus gandeng di Koridor V karena jumlah bus yang akan dialihkan dari trayek Kampung Melayu menuju Ancol hampir mencapai 3.000 unit," kata Pristono.
Dia menjelaskan, 5.808 bus yang bersinggungan dengan Koridor IV sampai VIII busway sebagian besar dimiliki oleh enam operator, yakni Mayasari Bakti, Steady Save, Bianglala, Pahala Kencana, PPD, dan Metromini.
Keenam operator tersebut, akan diprioritaskan menjadi konsorsium pengadaan bus untuk empat koridor baru busway. Sebab, persentase persinggungan trayek milik mereka dengan koridor busway berkisar antara 50 sampai 100 persen.
Selain melibatkan operator bus yang trayeknya bersinggungan dengan koridor busway, Dishub juga memberi peluang kepada investor baru untuk masuk dalam konsorsium pengadaan bus yang akan dibentuk.
Dari perhitungan sementara, sekitar 60 persen kebutuhan bus untuk Koridor IV sampai VII akan dipenuhi oleh operator yang trayeknya bersinggungan sebesar 50 sampai 100 persen. Sisa 40 persen dapat ditawarkan kepada investor baru.
Pristono mengatakan, peluang kepada investor baru diberikan karena memperhitungkan kemampuan operator yang akan terlibat dalam konsorsium pengadaan bus untuk Koridor IV sampai VII busway.
Hal itu, didasari pengalaman pengadaan bus untuk Koridor II dan III yang baru dioperasikan pada 15 Januari 2006. Jumlah bus yang beroperasi di dua koridor itu, direncanakan sebanyak 204 armada.
Namun, dari jumlah tersebut, hanya 126 armada yang mampu dipenuhi oleh konsorsium pengadaan bus, yakni PT TransBatavia. "Makanya, untuk empat koridor baru, kita akan buka peluang bagi investor di luar operator yang ada supaya kuota armada yang ditargetkan bisa terpenuhi," ujar Pristono.
Dengan inovasi yang dilakukan untuk sarana-prasarana dan pembentukan konsorsium pengadaan bus, Pristono berharap, kehadiran empat koridor baru busway di akhir tahun ini, akan semakin memenuhi kebutuhan penumpang.
Hal itu, tentunya bukan hanya menyangkut sisi kenyamanan bagi penumpang, tetapi juga untuk menunjukan komitmen Pemprov DKI dalam meningkatkan pelayanan busway dari waktu ke waktu.
"Kami tidak mungkin bisa meningkatkan pelayanan dan menciptakan inovasi tanpa mendapat masukan dari masyarakat, terutama pengguna busway. Jadi kami sangat berharap, masyarakat pro-aktif memberi kritik dan saran," kata Pristono.
Pembaruan/Jeanny A Aipassa